Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah masalah kesehatan mental yang mempengaruhi pikiran dan dorongan yang tidak bisa dikendalikan yang cenderung berulang (obsesi) serta munculnya perilaku (paksaan) kompulsif. Contoh perilaku kompulsif misalnya mencuci tangan hingga berulang kali setelah melakukan kontak langsung terhadap sesuatu yang menurutnya tidak bersih.
Kecemasan dan perasaan yang dimunculkan oleh obsesi dapat menimbulkan tekanan berupa stress sehingga berusaha mencari cara yang dapat membuat merasa lebih baik. Cara tersebut, berupa dorongan obsesi kuat dari pada akal tindakan mental yang berulang-ulang sehingga menghabiskan waktu dan menguras tenaga bahkan pikiran, ini dinamakan kompulsi
Makhluk Allah SWT yang tidak kasat mata yaitu jin dapat membisiki dan merayu ke dalam hati manusia sehingga merasakan was-was menyesatkan. Selain itu, jin bisa menggunakan manusia untuk meraguan manusia lain. Ketika setan melalui jin dan manusia mengganggu dengan membisik-bisikkan ke dalam dada manusia, sehingga jiwa menjadi terganggu. Tetapi jika jiwa tidak mampu mengatasinya, maka energi yang dimiliki bisa terefleksi dalam perilaku, sehingga munculah kompulsi yang mengikuti obsesi atau OCD.
Seseorang yang mengalami OCD akan merasakan cemas berlebih karena merasa bersalah akibat perilaku yang telah dilakukan. Ia merasa telah melakukan kesalahan yang sulit dimaafkan sehingga takut untuk melakukan kesalahan yang sama. Rasa bersalah yang terus menerus muncul dan menimbulkan rasa sakit ini selanjutnya menimbulkan rasa cemas. Ia pun menjadi cemas bila kembali melakukan kesalahan. Pada tahap selanjutnya, untuk mengurangi kecemasannya berusaha menghindarinya dengan melakukan tindakan kompulsi. Dalam hal selain rasa bersalah, sikap kurang pasrah disebabkan juga karena penderita memiliki kecenderungan kaku (rigid) dan menuntut kesempurnaan (perfeksionism). Sehingga kekakuan dan perfeksionisnya ini yang mengantarkan munculnya pikiran-pikiran yang berulang mengenai sesuatu hal yang diharapkan memenuhi target ‘kesempurnaan’ yang dimilikinya. Jika yang terjadi tidak sesuai dengan target ‘kesempurnaan’ yang dimiliki, maka ia pun menjadi kecewa. Kekecewaan yang menyakitkan ini pun berulang seiring dengan seringnya subjek untuk menuntut segala sesuatu sesuai dengan standar yang dimilikinya. Rasa sakit akibat kecewa inilah yang memunculkan rasa cemas dan ia akan berusaha menghindarinya dengan memunculkan tindakan berulang yang disebut dengan kompulsi. Namun bisa pula pikiran tersebut hanya sebatas pikiran.
Dalam perspektif Islam, kecemasan ini adalah refleksi dari sikap yang kurang pasrah dalam menerima kejadian atau peristiwa yang dialami. Dalam hal rasa bersalah ia kurang memahami bahwa dengan bertaubat dan beristighfar, sebenarnya Allah SWT Maha Pengampun terhadap kesalahan pada hal yang dilakukan. Kurangnya sikap pasrah pada diri seseorang atau orang dengan karakteristik kepribadian model Obsessive-Compulsive Personality Disorder (OCPD), bisa menjadi sasaran ‘tembak’ oleh setan – dalam bentuk jin dan manusia – untuk dibisik-bisikkan pikiran atau rayuan yang membuat subjek senantiasa dalam kondisi cemas dan ragu-ragu.Sebenarnya bila shudur manusia diganggu bisikan atau rayuan setan melalui jin dan manusia lain, Allah SWT telah memberikan potensi pada ‘aql, qalb, dan nafs untuk bisa menetralkan atau mengatasi gangguan tersebut. Namun, dalam kasus OCD, orang yang diganggu oleh jin dan manusia lain, ‘aql, qalb, dan nafs-nya tidak mampu untuk mengatasi, minimal menetralkannya.