Oleh : Rodziyaa
Dalam perjalanan hidup, kita seringkali dihadapkan dengan berbagai rintangan yang tidak terlihat dari luar. Salah satu tantangan yang sering dihadapi, namun seringkali terabaikan, adalah masalah kesehatan mental. Bagi banyak orang, menghadapi gangguan mental bisa menjadi sebuah perjalanan yang berat. Namun, terdapat tokoh-tokoh dunia yang telah berhasil mengatasi rintangan kesehatan mental mereka dan berhasil meraih kesuksesan setelahnya. Salah satunya adalah Elon Musk.
Elon Musk merupakan tokoh ternama dalam dunia teknologi dan bisnis. Ia telah menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam meraih kesuksesan. Lahir di Afrika Selatan, Elon Musk adalah otak di balik perusahaan-perusahaan ternama seperti Tesla, SpaceX, dan Neuralink. Menurut Forbes Real Time Billionaires per Maret 2024, kekayaannya mencapai 198,1 miliar USD. Namun, dibalik kesuksesannya, Musk juga menghadapi perjuangan dengan masalah kesehatan mental. Mari kita simak kisah kesehatan mental di balik kesuksesan Elon Musk.
Rintangan Masa Kecil hingga Kesuksesan Besar
Dikutip dari The Independent, Musk lahir pada 28 Juni 1971 di Pretoria, Afrika Selatan. Ayahnya berprofesi sebagai insinyur elektronik dan ibunya seorang model profesional. Namun, masa kecilnya tidak selalu bahagia. Orang tuanya bercerai ketika dia berusia delapan tahun, dan bersama adiknya, Kimbal, Musk memutuskan untuk tinggal bersama ayahnya, Errol Musk. Musk juga mengalami masa-masa sulit di sekolah, menghadapi bullying dari teman-teman sekelasnya, bahkan sampai harus dirawat di rumah sakit setelah mengalami kekerasan fisik.
Meskipun mengalami kejadian tidak menyenangkan, Elon Musk dikenal sebagai anak jenius. Dia menjual game bernama Blastar pada usia 12 tahun dan kemudian mengejar pendidikan di Queen’s University dan University of Pennsylvania. Setelah beberapa kali mencoba, ia mendirikan Zip2 yang akhirnya diakuisisi oleh Compaq. Dia juga berhasil mendapatkan keuntungan besar dari saham PayPal yang itu dijual kepada eBay. Karirnya semakin melejit samapai mendirikan banyak perusahaan besar.
Elon Musk Bangkit Melewati Tahun-tahun Sulit
Musk telah berbicara terbuka tentang pengalamannya dengan gangguan kesehatan mental, termasuk depresi. Terutama ketika perusahaannya seperti SpaceX, Tesla, dan SolarCity mengalami kebangkrutan. Dia menggambarkan 2008 sebagai tahun terburuk dalam hidupnya. Tesla terus merugi, dan SpaceX mengalami masalah saat meluncurkan roket Falcon-1. Dia juga berpisah dengan istri pertamanya, yang membawa sebagian kekayaannya. Demi bisa bertahan hidup, dia pun harus berhutang. Dia bahkan menggambarkan masa-masa sulit tersebut sebagai “tahun-tahun yang sangat sulit”. Namun di akhir 2008, bisnisnya mulai bangkit. SpaceX mendapat kontrak dari NASA dan Tesla mendapatkan investor baru. Dua tahun kemudian, semuanya menjadi sangat baik. Bahkan pada Juni 2010, Tesla mencatatkan sahamnya di Bursa.
Elon Musk dan Paranoid di Puncak Karir
Elon Musk yang sedang berada di puncak karir pun belum bisa terlepas dari masalah kesehatan mental. Elon Musk pernah mengalami paranoid setelah menjadi CEO X (sebelumnya Twitter). Dia bahkan hanya mau melakukan pertemuan dengan maksimal dua karyawan. Ben Mezrich, penulis “Breaking Twitter”, menyebutkan bahwa Musk takut karyawannya akan menyabotase situs tersebut dan ada rencana untuk menjatuhkannya. Kekhawatiran Musk tidak sepenuhnya salah. Karena pernah terdapat rencana sekelompok karyawan Twitter untuk berhenti secara massal. Mezrich juga menyebutkan bahwa akuisisi X oleh Musk berdampak serius pada kesehatan mental miliarder tersebut.
Elon Musk mengakui bahwa selain perjalanan bisnisnya yang naik turun, penggunaan media sosial juga dapat berdampak negatif pada kepercayaan diri dan kesejahteraan emosional seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi perjalanan bisnisnya, Musk juga menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental dari pengaruh media sosial yang tidak sehat.
Pengalaman dan Perjuangan Elon Musk Hadapi Masalah Kesehatan Mental
Dalam wawancara dengan New York Times di acara Deal Book Summit tahun 2023, Musk membicarakan tantangan yang dihadapi dalam mengelola kesehatan mentalnya. Dia menggambarkan perasaan kegelisahan yang konstan dan berat dalam pikirannya. Musk mengakui bahwa meskipun dia percaya bahwa ketegangan mental yang dialaminya dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang produktif, tetapi kadang-kadang perasaan itu bisa “meleset”. Dia juga merenungkan tentang makna hidup dan pernah bertanya pada dirinya sendiri mengapa dia harus terus hidup jika semuanya terasa tidak bermakna. Dilansir dari Business Insider, Elon Musk berpendapat bahwa dukungan dari teman-temannya lebih efektif dalam membantu mengatasi masalah emosional yang dialaminya. Menurut laporan dari Wall Street Journal, Musk telah menggunakan ketamin dalam dosis kecil sebagai salah satu bentuk pengobatan untuk depresi yang dialaminya. Hal tersebut menunjukkan perjuangan Elon Musk untuk sembuh dari masalah mental.
Kesuksesan Elon Musk bukan hanya tentang pencapaian dalam dunia teknologi dan bisnis. Melainkan juga tentang keberanian dan ketahanannya dalam menghadapi tantangan hidup, termasuk masalah kesehatan mental. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa setiap orang memiliki perjuangan mereka sendiri, dan bahwa kekuatan sejati terletak dalam cara kita menanggapi dan mengatasi rintangan tersebut. Mari kita ambil inspirasi dari kisah Elon Musk, dan terus berjuang untuk mencapai impian kita sambil menjaga kesehatan mental kita dengan baik.