Logo Heal

ART, MONEY & TECHNOLOGY

Art, Money & Technology

Saat Musik Jadi Rumah Bagi Rasa yang Tak Bisa Dijelaskan

Saat Musik Jadi Rumah Bagi Rasa yang Tak Bisa Dijelaskan

Oleh :

HEALMates, kita pasti pernah punya lagu yang membuat dada terasa sesak tanpa alasan jelas. Lagu yang entah kenapa bikin air mata jatuh tanpa aba-aba, padahal liriknya mungkin sederhana. Kadang cuma butuh tiga bait, satu nada minor, dan ‘bam’ kita sudah tenggelam dalam kenangan.

Mungkin itulah kenapa duka dan musik adalah pasangan lama yang tak pernah benar-benar putus. Mereka seperti dua mantan yang tahu betul cara menyakiti sekaligus menyembuhkan satu sama lain. 

Misalnya Tears in Heaven dari Eric Clapton sampai Let Me Go dari Gary Barlow, manusia selalu mencoba menulis ulang kesedihannya menjadi melodi. Karena begitulah manusia, ketika tak sanggup bicara, kita cenderung suka bernyanyi.

Ketika Duka Menjadi Lirik

Clapton menulis Tears in Heaven setelah putranya yang baru berumur empat tahun meninggal secara tragis. Lagu itu seperti doa yang tertunda, sebuah percakapan dengan seseorang yang tak bisa lagi mendengar. Kalau HEALMates dengerin lagu ini, ada bagian lirik “Would you know my name, if I saw you in heaven?”, lirik ini seolah jadi pertanyaan yang cuma bisa diajukan oleh hati yang pecah tapi masih berusaha terlihat tenang.

Lain cerita dengan lagu The Living Years dari Mike and the Mechanics. Lagu ini bukan tentang kematian anak, melainkan penyesalan yang tak sempat terucap kepada ayah sendiri semasa hidup. Tentang bagaimana kita baru benar-benar memahami seseorang justru setelah ia pergi.

Tapi yang paling menarik mungkin Let Me Go karya Gary Barlow. Barlow menulis lagu itu setelah kehilangan bayinya yang lahir tanpa kehidupan. Yang unik, lagu itu tidak sedih, malah terdengar cerah dan hangat. Dia menulis dari sudut pandang sang bayi seolah si kecil yang berbicara, “Ayah, lepaskan aku, aku sudah damai.”

Di sinilah keajaiban musik ya, HEALMates,  nggak harus sendu dan murung untuk menyembuhkan. Kadang, justru lewat nada yang ringan, manusia bisa melepaskan sesuatu yang berat.

Nada-Nada Jadi Jalan Penyembuhan

Hampir semua dari kita pernah “diselamatkan” oleh musik. Entah lewat ayat-ayat cinta Dewa 19 yang jadi soundtrack masa galau SMA atau lantunan Maher Zain yang tiba-tiba membuat kita merasa suci selama lima menit. Ada yang nangis karena lagu religi, ada yang justru tobat karena lagu cinta. Tapi itulah letak keindahan musik, ia bisa jadi pintu masuk menuju perenungan spiritual, bahkan meski di awalnya nggak ada niat sekalipun. 

Ngomongin kesedihan, ada juga beberapa tipe orang yang kalau sedih itu nggak selalu menangis. Ada juga sebagian dari kita yang memilih diam. Sebab, apa yang mau dikatakan ketika kata-kata terasa terlalu kecil untuk menampung kehilangan sebesar itu? Dari sinilah seringkali musik jadi bahasa untuk mengutarakan sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Musik juga bisa jadi suara bahkan ketika kita tidak ingin berbicara.

Nada minor, jeda antara bait, atau harmoni yang lembut bisa menjelaskan apa yang tak sanggup dilakukan oleh lidah kita sendiri. Makanya, banyak orang yang sedang berduka justru merasa “nyambung” dengan lagu tertentu. Kadang mereka memutar lagu itu berulang-ulang, bukan karena ingin melupakan, tapi karena ingin diingatkan. 

Ternyata bukan cuma perasaan yang mengatakan begitu. Dunia medis pun mengakui kekuatan musik, lho. Ada satu cabang terapi khusus bernama music therapy (terapi musik). Terapi ini digunakan untuk membantu orang berhadapan dengan emosi yang terlalu rumit untuk dijelaskan, terutama dalam situasi kehilangan dan akhir kehidupan.

Buat yang belum tahu, terapi musik bukan sekadar “dengerin lagu biar tenang”. Ini adalah bentuk terapi psikologis yang dilakukan oleh profesional bernama music therapist, orang yang benar-benar belajar tentang hubungan antara musik dan emosi manusia. Mereka nggak cuma jago main gitar, tapi juga paham psikologi, komunikasi, dan dinamika trauma. Jadi bukan sekadar “nyanyi bareng pasien biar rame”, ya.

Dalam sesi terapi musik, pasien diajak untuk berinteraksi dengan musik lewat berbagai cara, seperti:

  • Bernyanyi bersama (kadang lagu favorit pasien atau lagu yang mereka ciptakan sendiri). 
  • Menulis lirik untuk mengungkapkan hal-hal yang sulit dikatakan.
  • Mendengarkan musik dengan sadar, lalu membicarakan perasaan yang muncul. 
  • Memainkan alat musik sederhana untuk menyalurkan emosi yang terpendam.

Tujuannya bukan bikin lagu hits tentunya, tapi membuat hati lebih ringan. Terapis musik membantu seseorang berkomunikasi dengan dirinya sendiri, sesuatu yang kadang lebih sulit dibanding bicara ke orang lain.

Nah, for your information HEALMates, terapi musik ini sering dipakai di rumah sakit, panti perawatan paliatif (tempat orang yang sedang menghadapi akhir hayat), hingga komunitas berduka. Bahkan, di beberapa negara, musik digunakan dalam sesi akhir kehidupan, saat pasien sudah tak banyak bicara, tapi masih bisa mendengar. Dalam keheningan itu, musik hadir sebagai bahasa terakhir yang dimengerti oleh tubuh dan jiwa.

Pada akhirnya, musik bukan sekadar hiburan telinga ya, HEALMates. Lebih dari itu, musik mungkin jadi jembatan antara hati yang luka dan jiwa yang ingin pulih. Ia tidak menyembuhkan dengan obat, tapi dengan getaran yang membuat manusia merasa hidup lagi. Sebab, kadang yang kita butuhkan bukan kata-kata penghiburan, melainkan satu nada yang bisa memeluk dari dalam. (RIW)

Bagikan :
Saat Musik Jadi Rumah Bagi Rasa yang Tak Bisa Dijelaskan

More Like This

Logo Heal

Kamu dapat menghubungi HEAL disini:

Heal Icon

0858-9125-3018

Heal Icon

heal@sahabatjiwa.com

Copyright © 2023 HEAL X  Sahabat Jiwa