Logo Heal

ART, MONEY & TECHNOLOGY

Art, Money & Technology

Pinjol dan PayLater, Gaya Hidup atau Jeratan Finansial? 

Pinjol dan PayLater, Gaya Hidup atau Jeratan Finansial?

Oleh :

Pinjaman online (pinjol) dan metode pembayaran PayLater seolah telah sangat akrab dengan keseharian kita beberapa tahun belakangan ini ya, HEALMates? Perkembangan teknologi yang sangat pesat memang telah membuka akses bagi banyak platform financial technology (fintech) untuk menyediakan layanan pinjaman. 

Kalau HEALMates perhatikan, hampir semua platform belanja online bisa mengakses metode pembayaran PayLater atau “beli dulu bayar nanti” dengan mudah. Di satu sisi, metode ini sangat menguntungkan ketika kita ingin membeli sesuatu tapi belum memiliki dana yang cukup ya, HEALMates? Namun di sisi lain, kebiasaan membeli barang dulu dan membayar di kemudian hari ini akan membuat kita terbiasa dengan cicilan dan utang. Jika hal ini terus-terusan dilakukan, yang dikhawatirkan adalah kita jadi tidak bisa mengatur keuangan dan pada akhirnya bisa terlilit utang. Aduh, jangan sampai ya, HEALMates? 

Oleh karena itu, yuk kita kupas lebih dalam mengenai pinjol dan PayLater serta efeknya pada finansial kita. 

Fenomena Pinjol dan PayLater dalam Masyarakat Urban

Dalam lima tahun terakhir, penggunaan PayLater di Indonesia memang meningkat drastis, HEALMates. Merujuk pada laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai transaksi PayLater pada Maret 2025 bahkan telah mencapai lebih dari Rp22 triliun, atau naik hampir 40% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Data ini juga didukung oleh survey Populix yang juga menemukan bahwa 66% pengguna PayLater memakainya untuk konsumsi, seperti membeli produk fesyen, peralatan rumah tangga, dan gadget.

Ada beberapa alasan yang mendorong banyak orang senang menggunakan PayLater, seperti praktis dan banyak promo. Bagi sebagian orang, sistem membeli sekarang dan membayar nanti membuat transaksi terasa lebih ringan dan memudahkan. Apalagi, berbagai promo yang ditawarkan seperti cicilan 0%, cashback, potongan harga, hingga poin loyalitas. Ini tentu jadi magnet yang sulit ditolak kebanyakan orang. 

Di sisi lain, tekanan gaya hidup juga berperan besar. Media sosial memunculkan fenomena FOMO (fear of missing out). Rasanya ingin punya barang yang lagi tren, ingin terlihat up to date, atau sekadar memenuhi standar “keren” di mata lingkungan digital. Pada akhirnya, PayLater dan cicilan online menjadi semacam “jembatan” untuk tetap tampil gaya meski cash flow sebenarnya pas-pasan.

Seperti halnya PayLater, layanan pinjol juga mendorong gaya hidup konsumtif karena banyak barang terasa lebih terjangkau. Seseorang yang dulunya menabung berbulan-bulan untuk membeli gadget kini bisa mendapatkannya seketika dan menyicilnya dalam beberapa bulan ke depan. Bagi sebagian orang, ini adalah cara untuk “mempercepat” kepuasan. 

Sayangnya, kemudahan ini bisa berbuntut masalah jika tidak dilakukan dengan bijak. Persoalan akan muncul ketika penggunaan PayLater tidak lagi didasarkan pada kebutuhan, melainkan dorongan emosional semata. Tanpa disadari, jumlah cicilan menumpuk. Lalu, seperti rantai setan, kita akan terdorong untuk mengambil pinjol demi menutup cicilan lama atau cicilan di platform yang berbeda. Alhasil, gaya hidup ini bisa berubah menjadi lingkaran utang yang sulit diputus.

Dampak pada Cashflow Pribadi

Dari sisi manajemen keuangan, PayLater dan cicilan pinjol seharusnya membantu menjaga arus kas jangka pendek kita. Misalnya, saat gaji belum turun tetapi ada kebutuhan mendesak, kita bisa lebih terbantu. Namun, praktiknya justru sering terjadi sebaliknya, arus kas keuangan kita malah jadi kacau. 

Contoh sederhananya begini HEALMates, misalnya kita punya penghasilan Rp8 juta per bulan. Kebutuhan pokok mencapai Rp4 juta. Tapi, kita mengambil cicilan PayLater sebesar Rp3 juta untuk belanja fesyen dan gadget. Di satu sisi kita mungkin bisa merasa aman karena berpikir bahwa “toh sisa gaji masih Rp5 juta dan kebutuhan cuma Rp4 juta, masih ada sisa Rp1 juta”. 

Namun, hidup kan nggak selalu berjalan sesuai rencana ya, HEALMates. Kita nggak pernah tahu kalau tiba-tiba kita mengalami hal yang tidak diinginkan dan harus membayar biaya kesehatan, kendaraan rusak, atau tagihan lain yang datang bersamaan. Sisa uang pun bisa menipis bahkan habis tak bersisa. Lalu, pembayaran cicilan bisa tertunda. Padahal jika telat membayar, denda dan bunga dari layanan ini seringkali menambah beban. Uang yang seharusnya ditabung atau diinvestasikan malah habis untuk menutup kewajiban. Kalau sudah sampai di titik inilah baru kita tersadar bahwa cashflow kita sudah bocor. Bukannya terbantu, kita mahal terjerumus dalam jeratan utang. 

Selain itu, beberapa risiko utama dari penggunaan pinjol dan cicilan online seperti PayLater antara lain sebagai berikut. 

  • Bunga dan Denda Tinggi

Telat sehari saja bisa dikenakan biaya tambahan yang signifikan, lho. Bisa-bisa uang kita habis cuma buat bayar denda dan biaya tambahan. 

  • Lingkaran Utang yang Sulit Diputus

Mengambil pinjaman baru untuk melunasi utang lama adalah sinyal bahaya yang harus kita waspadai, HEALMates. 

  • Tekanan Psikologis

Memiliki tanggungan cicilan juga bisa mendorong tekanan psikologis, lho. Notifikasi tagihan, telepon penagihan, hingga rasa cemas yang ada bisa memengaruhi kesehatan mental.

  • Gagal Menabung dan Berinvestasi

Jika pendapatan bulanan habis untuk cicilan, kemampuan membangun dana darurat atau investasi pun jadi ambyar.

  • Risiko Pinjol Ilegal

Hati-hati juga terhadap pinjaman ilegal ya, HEALMates. Syarat pengajuan memang seringkali sangat mudah, tapi pinjol ilegal ini umumnya menerapkan bunga tidak wajar, menyalahgunakan data pribadi, hingga melakukan penagihan yang sangat agresif.

Banyak orang merasa masalah ini nggak akan menimpa mereka, sampai akhirnya terjebak dalam situasi “gali lubang tutup lubang” yang menguras tenaga dan pikiran. Ada ungkapan bahwa “Utang itu candu, sekali kita terbiasa berutang, kita akan selalu tergantung pada utang, dan terjerumus lingkaran setan yang sulit diputus”. Hmm, semoga kita nggak seperti ini ya, HEALMates? 

Bijak Menggunakan PayLater dan Cicilan

Meski memiliki sisi gelap, bukan berarti pinjol atau PayLater harus dihindari sepenuhnya, ya HEALMates. Sejatinya, teknologi finansial ini juga bisa menjadi alat bantu jika digunakan secara bijak. Misalnya, kita harus menghitung kemampuan bayar sebelum memutuskan untuk mengambil pinjaman atau PayLater. Idealnya, cicilan tidak lebih dari 30% pendapatan bulanan.

Kemudian, penting juga untuk dicatat bahwa fasilitas cicilan sebaiknya hanya digunakan untuk kebutuhan penting atau produktif, bukan sekadar mengikuti tren atau pembelian konsumtif. Kamu juga perlu mencatat dan memantau semua cicilan untuk mengontrol agar tidak terlalu banyak tagihan yang membuat bingung sendiri.

Nah, supaya tidak selalu bergantung pada pinjaman saat ada kejadian mendadak, kita harus punya dana darurat ya, HEALMates. Dana darurat ini sangat penting karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. (RIW)

Bagikan :
Pinjol dan PayLater, Gaya Hidup atau Jeratan Finansial?

More Like This

Logo Heal

Kamu dapat menghubungi HEAL disini:

Heal Icon

0858-9125-3018

Heal Icon

heal@sahabatjiwa.com

Copyright © 2023 HEAL X  Sahabat Jiwa