Belakangan ini, kita sering mendengar kabar perselingkuhan yang viral. Tidak hanya dari kalangan publik figur, tapi juga di sekitar kita. Mungkin banyak dari kalian yang menemukan mulai dari teman, tetangga, bahkan kadang keluarga besar. Fenomena ini salah satu cerminan krisis kejujuran dan kestabilan jiwa spiritual dalam masyarakat modern.
Mari kita bahas bersama, dari kacamata Islam dan kesehatan jiwa, bagaimana agama memandang perselingkuhan:
Perselingkuhan dalam Pandangan Syariat
Dalam ajaran Islam selingkuh merupakan bentuk ketidakjujuran dan penyelewengan amanah pernikahan. Kata selingkuh berasal dari bahasa Jawa yang berarti curang atau tidak jujur. Secara makna agama Islam, ia termasuk dalam perbuatan mendekati zina. Tentunya, sesuatu yang jelas dilarang Allah SWT sesuai dengan firmannya:
وَلَا تَقۡرَبُوا الزِّنٰٓى اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ؕ وَسَآءَ سَبِيۡلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)
Perselingkuhan adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah Allah dan pasangan. Islam melarang berselingkihan sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَخُوۡنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوۡلَ وَتَخُوۡنُوۡۤا اَمٰنٰتِكُمۡ وَاَنۡـتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu. (QS. Al-Anfal: 27)
Dengan kata lain, selain menyakiti pasangan, selingkuh juga melukai keimanan dan integritas diri sendiri.
Luka Psikologis di Balik Perselingkuhan
Dari sisi kesehatan mental, perselingkuhan menimbulkan luka emosional mendalam, baik bagi yang dikhianati maupun pelakunya. Psikolog keluarga menyebut, pengkhianatan dapat memicu trust issues, depresi, hingga trauma kompleks (C-PTSD). Namun menariknya, Islam pun menyoroti dimensi batin di balik luka ini.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika dipercaya ia berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini tidak hanya menjadi peringatan moral, tetapi juga pesan psikologis. Dalam pandangan Islam, perselingkuhan termasuk nifaq amali, yaitu kemunafikan dalam perbuatan. Seseorang tampak setia dan jujur di luar, namun menyembunyikan kebohongan di dalam. Ketidaksesuaian antara yang tampak dan yang disembunyikan inilah yang melahirkan konflik batin dan menggerogoti ketenangan jiwa.
Hati yang dipenuhi kebohongan sulit menemukan kedamaian. Dalam istilah spiritual, pelaku kehilangan taufik atau pertolongan dan ketenangan dari Allah. Jiwa orang tersebut akan terus merasa gelisah dan dihantui rasa bersalah. Dalam Islam, kebaikan adalah sesuatu yang menenangkan hati, sedangkan dosa justru membuatnya resah.
Dengan kata lain, peringatan tentang khianat dalam hadis ini sesungguhnya juga mengandung pesan penyembuhan jiwa. Integritas atau keselarasan antara ucapan, janji, dan tindakan menjadi fondasi kedamaian batin. Saat integritas rusak, bukan hanya hubungan yang hancur, tapi juga kestabilan psikologis pelakunya.
Islam Mengajarkan Jalan Pemulihan
Meski dosa besar, Islam tetap membuka pintu taubat selebar-lebarnya lho HEALMates. Taubat dari perselingkuhan termasuk di dalamnya membersihkan hati dan memperbaiki hubungan.
Langkah spiritual yang dapat ditempuh:
- Mengakui Kesalahan di Hadapan Allah.
“Ya Allah, aku telah mengkhianati amanah-Mu.”pengakuan ini awal dari penyembuhan. Pengakuan juga bisa diiringi dengan shalat Taubat. - Menjauh dari Sumber Godaan.
Hapus kontak jika sudah terlalu mengganggu, hentikan komunikasi, dan hindari lingkungan yang memicu godaan. - Memperbaiki Hubungan dengan Pasangan.
Mintalah maaf dengan tulus, bukan sekadar kata-kata, tapi lewat perubahan sikap nyata. - Bangun Kembali Iman dan Komunikasi.
Jadikan rumah tangga tempat mujahadah (perjuangan spiritual) - Konseling dan Terapi Spiritual.
Islam tidak menolak psikoterapi; malah mendorong umatnya mencari isyfa’ (kesembuhan).
Perselingkuhan adalah penyakit hati yang perlu disembuhkan. Ketika hati jauh dari Allah, maka hawa nafsu mengambil alih kendali. Tapi saat hati dekat dengan-Nya, cinta pun menjadi ibadah yang menentramkan.
HEALMates, jika kamu atau seseorang yang kamu kenal pernah atau hampir tergelincir dalam perselingkuhan. Ingatlah untuk jangan berhenti pada rasa bersalah. Gunakan rasa itu sebagai alarm spiritual untuk kembali ke jalan Allah, menata hati, dan memperbaiki diri. Karena dalam Islam, tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni, selama kita mau bertaubat dengan sungguh-sungguh.

