HEALMates, ngomongin musik memang cukup menyenangkan ya, apalagi kalau kita juga kerap mengisi waktu luang sejenak merehatkan pikiran dengan mendengarkan musik. Nah, berbicara tentang musik, pernahkah HEALMates mengalami satu fenomena unik? Misalnya, lagi asik nyapu rumah, tiba-tiba dengerin lagu lama, dan entah kenapa meski sudah diputar berkali-kali kita tetap merasa hanyut bersama musik itu.
Satu lagu bisa menyeret kita ke masa yang sudah lama lewat. Mungkin kita akan terbawa ke ruang kelas SMA yang catnya mengelupas, ke warung mie ayam di pinggir jalan, atau ke samping seseorang yang dulu pernah kita panggil “sayang”.
Anehnya lagi, semua itu terjadi begitu saja, tanpa niat, tanpa persiapan, tanpa filter. Musik seperti punya kekuatan mistik yang membuka pintu waktu yang sudah lama kita kunci dalam ingatan. Kenapa itu bisa terjadi ya, HEALMates? Yuk, kita bahas lebih dalam.
Lagu, Musik, dan Ingatan
HEALMates, manusia punya kecenderungan aneh ya? Kadang menyiksa diri dengan nostalgia dan kadang bahagia dengan masa lalu. Ini tentu statement yang cukup berani. Tapi, nggak papa. Kita harus mengakui bagaimana orang bisa jadi sangat sentimentil terhadap lagu-lagu yang membangkitkan kenangan.
Begitu satu lagu lama muncul di playlist, kita nggak buru-buru skip, malah sengaja dengerin sampai habis. Kayak sengaja nyiram garam di luka lama, tapi sambil bilang, “Nggak apa-apa kok, cuma ingin ingat sebentar saja.”
Lagu yang awalnya cuma bikin senyum tipis, ujung-ujungnya bikin bengong di pojokan kamar sambil mikir, “Kenapa ya, dulu dia bisa ngelakuin hal seperti itu?”
Ilmu pengetahuan menyebut fenomena ini sebagai nostalgia auditory, yaitu kemampuan otak menghubungkan bunyi tertentu dengan memori emosional yang kuat. Ketika kita mendengar lagu yang pernah menemani momen penting (baik bahagia atau sedih), otak langsung memanggil kembali semua sensasi yang melekat pada waktu itu, termasuk aroma hujan kala itu, baju yang kita pakai, bahkan apa yang kita rasakan di dada.
Itulah alasan kenapa satu lagu bisa membuat kita menangis lebih cepat dibanding 10 paragraf puisi cinta. Nggak heran ya, HEALMates kalau musik sering disebut sebagai mesin waktu yang bekerja lewat emosi.
Rahasianya Ada pada Otak Kita
Nah, apa sih yang memanggil nostalgia auditory kita kalau dengerin musik? Secara ilmiah, ini semua salah otak. Lebih tepatnya, salah hippocampus dan amygdala. Dua bagian otak inilah yang bertugas menyimpan memori dan mengatur emosi. Jadi, ketika mendengar lagu yang familiar, kedua bagian itu bekerja sama seperti “Duo DJ Nostalgia” yang memutar rekaman kenangan dengan detail.
Misalnya, kamu dengar intro Sheila on 7 “Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki”, sekejap mungkin otakmu langsung menampilkan tayangan ulang ketika kamu yang berumur 16 tahun kala itu lagi nunggu SMS di pojok warnet dan berharap “dia” bales cepat. Menariknya, semua itu terasa nyata. Padahal lagu itu cuma berdurasi 4 menit 5 detik. Eits, tapi ini hanya berlaku kalau HEALMates masuk kategori Gen Milenial ya.
Ya, begitulah cara otak kita bekerja. Ketika musik mengalun, tubuh kita bisa kembali merasakan hal yang sudah lama terjadi. Tapi, jangan buru-buru menyalahkan diri sendiri kalau kamu masih sering tenggelam dalam lagu-lagu masa lalu. Nostalgia bukan tanda kamu gagal move on, kok. Justru menurut beberapa penelitian, itu adalah mekanisme alami otak untuk menjaga identitas diri.
Penelitian dari Universitas Southampton menemukan bahwa nostalgia justru membuat orang merasa lebih “utuh” dan lebih optimistis. Dengan mengingat masa lalu lewat musik, manusia bisa menghubungkan siapa dirinya dulu dengan siapa dirinya sekarang.
Selain itu, menurut Davis dari University of California, lagu yang sering didengar sebelumnya bisa mengaktifkan area otak yang berhubungan dengan memori dan emosi otobiografis. Jadi, waktu kamu mendadak mellow dengar “Separuh Aku” dari NOAH, sebenarnya otakmu sedang melakukan “rekonsiliasi identitas”, sebuah proses yang mengingatkan bahwa kamu pernah jatuh, tapi juga pernah kuat.
Bahkan secara biologis, mendengarkan lagu yang punya makna emosional dapat meningkatkan dopamin, lho. Hormon ini adalah hormon bahagia yang bikin hati hangat seperti diselimuti kenangan baik. Jadi, kalau kamu nangis karena lagu lama, bisa jadi itu bukan air mata sedih, tapi cara tubuhmu berterima kasih, “Hei, kamu pernah bahagia dulu, lho.”
Musik memang tak bisa mengubah masa lalu, tapi ia bisa memperbaiki cara kita mengingatnya. Dulu, lagu Perfect mungkin bikin kamu terisak karena mengingat seseorang. Tapi lima tahun kemudian, lagu yang sama bisa membuatmu tersenyum, bukan karena orangnya, tapi karena kamu berhasil melewati segala kesulitan hari itu.
Waktu memang tidak bisa diulang ya, HEALMates. Tapi, makna di dalamnya bisa berubah dan musik dengan ajaibnya memberikan ruang itu, seperti sebuah ruang untuk berdamai. Kalau kamu perhatikan, banyak orang dewasa yang justru merasa lebih damai ketika mendengar lagu masa muda mereka. Mereka tahu rasa sakitnya sudah lewat, tapi tetap menghargai versi diri mereka yang dulu menangis karena cinta pertama.
Ketika Spotify Jadi Arsip Emosi
Perkembangan teknologi semakin memudahkan kita dalam berbagai aspek ya, HEALMates. Dulu mungkin kita menyimpan kenangan dalam album foto. Nah, dengan adanya playlist di platform musik seperti Spotify, kita jadi memiliki semacam arsip emosi. Ada playlist “buat kerja”, ada “buat healing”, dan ada juga playlist “buat nangis tapi elegan”.
Sebenarnya, Spotify atau YouTube Music itu bukan sekadar aplikasi streaming, tapi museum pribadi emosi manusia modern. Setiap lagu di sana punya cerita, punya waktu, punya luka yang dikemas rapi dalam format MP3. Kadang kita nggak sadar, lagu-lagu yang kita dengarkan di masa lalu adalah dokumentasi dari perjalanan batin kita sendiri. Makanya, jangan heran kalau suatu hari kamu menemukan playlist lama dan tertawa sendiri. Karena sekarang kamu tahu, lagu yang dulu bikin kamu hancur, ternyata cuma fase dari versi dirimu yang sedang belajar menjadi manusia.
Kekuatan musik bukan hanya karena bunyinya indah, tapi karena ia menyimpan konteks, siapa yang bersama kita, di mana kita berada, dan apa yang kita rasakan saat itu. Satu lagu bisa terasa luar biasa bukan karena nadanya, tapi karena siapa yang ada di sebelah kita waktu lagu itu diputar dan apa yang kita alami waktu itu.
Musik itu seperti aroma hujan, ia menempel pada waktu, membawa kita pulang tanpa tiket. Karena waktu tidak bisa diulang, musik menjadi portal kecil menuju masa lalu, bukan untuk tinggal di sana, tapi untuk menatapnya dengan senyum kecil yang dewasa. Jadi, apakah HEALMates punya lagu favorit yang mengingatkan sama masa lalu? (RIW)

