HEALMates, kamu pernah nggak sih bertanya-tanya “Sebenarnya apa sih yang bikin seorang anak bisa tumbuh jadi pribadi yang tenang, cerdas, dan berkarakter?” mungkin kamu akan menemukan jawabannya setelah membaca tulisan yang satu ini.
Kalau berbicara soal parenting, kadang kita lupa bahwa pendidikan terbaik sebenarnya dimulai dari tempat yang paling dekat, yaitu rumah. yang dikenal tenang, religius, dan punya kecintaan yang besar dalam berpikir kritis, jadi salah satu bukti paling nyata bahwa cinta seorang ibu bisa menjadi “sekolah pertama” yang membentuk karakter anak. Seperti pengingat lembut bahwa pendidikan terbaik itu ternyata tidak selalu datang dari tempat mahal. Terkadang, ia lahir dari meja makan di rumah, dari obrolan sebelum tidur, atau dari panggilan lembut seorang ibu yang bilang, “Yuk, baca buku dulu.”
Rahasia Parenting Mama Marini
Sejak kecil, Luthfi sudah dibiasakan untuk akrab dengan buku. Bagi Mama Marini, membaca bukan hanya soal nilai akademik, tetapi latihan awal untuk mengasah daya pikir dan imajinasi. Ia percaya kalau anak sudah suka membaca, maka proses belajar apa pun jadi lebih menyenangkan. Selain literasi, nilai spiritual juga menjadi bagian penting dalam keseharian Luthfi.
Waktu TK? Mulai belajar dasar-dasar agama.
Masuk SD? Dibiasakan Sholat Dhuha.
SMP? Sudah istiqomah dengan Sholat Tahajud dan puasa sunnah Senin-Kamis.
Menariknya, sama sekali tidak ada paksaan. Pelan, konsisten, dan penuh pengertian. Semua dibangun pelan-pelan sampai akhirnya mengalir menjadi kebiasaan.
Ketika Luthfi mengalami stres atau tekanan, Mama Marini punya cara yang simpel. Disaat anak-anak di luar sana mungkin disuruh “Ayo fokus!” atau “Jangan banyak alasan!”, Mama Marini justru mengajak Luthfi keluar rumah agar pikirannya tenang dan kembali jernih. Dan ternyata, kebiasaan sederhana ini melatih Luthfi untuk meredakan stres serta mengatur emosi dengan cara yang sehat. Dengan begitu, dia belajar, kalau capek ya istirahat, kalau pusing ya tarik napas dulu. Sebuah skill hidup yang tidak semua anak punya.
Meski disiplin tetap diterapkan, Mama Marini mulai melonggarkan aturan saat Luthfi SMP. Ia ingin anaknya punya ruang untuk mengeksplorasi minat dan hobi. Ruang bertumbuh inilah yang akhirnya membentuk Luthfi menjadi pribadi yang fleksibel, haus ilmu, tapi tetap kalem.
Kebiasaan Belajar Luthfi
Bagi Luthfi, membaca adalah hiburan. Ketika ia jenuh belajar, misalnya matematika, Mama Marini mengizinkannya untuk istirahat sejenak dengan membaca novel atau buku favorit. Dengan cara ini, belajar tetap produktif tanpa merasa tertekan.
Soal gadget? Sangat dibatasi. Tidak ada gadget sampai Luthfi lulus SD. Menonton TV pun hanya sampai Magrib. Setelah itu, anak-anak diminta membaca. Disiplin sederhana inilah yang membuat lingkungan rumah tetap tenang dan fokus, sehingga minat belajar tumbuh dengan sendirinya.
Karakter Luthfi
Siapa pun yang mengenal Luthfi pasti akan setuju kalau ia adalah sosok yang tenang, sopan, dan religius. Tak heran, pola asuh yang penuh ketenangan dan kedekatan emosional dari Mama Marini sangat mempengaruhi pembentukan karakter Luthfi. Ketika mendapat soal ujian, Luthfi lebih suka soal esai daripada pilihan ganda. Dalam podcast Moms Corner bersama Nikita Willy, ia mengaku senang karena soal esai memberi ruang untuk menjelaskan logika dan berdiskusi. Ini menunjukkan bahwa kebiasaan berpikir kritis memang sudah tertanam sejak kecil.
Sedikit Cerita Lucu dari Masa Kehamilan
Ada satu fun fact yang sempat diceritakan oleh Mama Marini. Ia bercerita bahwa selama hamil, ia rutin minum susu kedelai setiap hari. Katanya, agar kulit bayi jadi bersih walau ia sendiri mengaku tidak terlalu peduli apakah benar atau tidak. Cerita sederhana ini justru menjadi bagian lucu dan manis dari perjalanan awal Luthfi sebelum tumbuh menjadi anak yang berprestasi.
Nilai Kehidupan & Spirit Religius yang Selalu Menjadi Pegangan
Hubungan Luthfi dan Mama Marini sangat dekat dan hangat. Luthfi pernah berkata ia menyukai mamanya yang “cerewet tapi perhatian”, sebuah ungkapan jujur yang menunjukkan betapa dekatnya mereka. Dalam hal parenting, Mama Marini tidak pernah memberi tekanan berlebihan. Ia menemani secara natural, tapi tetap memberi arahan yang jelas. Nilai spiritual selalu menjadi fondasi, terutama dalam mengelola emosi. Saat senang ataupun kecewa, ia mengajarkan Luthfi untuk kembali pada doa dan ketenangan hati.
Pelajaran Berharga untuk Orang Tua
Dari perjalanan Mama Marini dan Luthfi, ada beberapa insight yang bisa kita jadikan inspirasi lho, HEALMates.
- Pertama, pola asuh yang efektif tidak harus keras, yang penting konsisten dan penuh kasih sayang.
- Kedua, kebiasaan membaca sejak dini mampu meningkatkan minat belajar dan daya pikir serta investasi jangka panjang
- Ketiga, nilai spiritual membantu membentuk karakter yang kokoh dan berintegritas.
- Keempat, seimbang antara belajar, istirahat, dan hiburan agar anak tidak mudah stres.
- Kelima, ruang aman dan rasa didengar membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.
Cerita Mama Marini dan Luthfi Bima Putra membuktikan bahwa pendidikan terbaik tidak selalu datang dari sekolah unggulan atau les mahal. Justru cinta, kebiasaan sederhana, dan nilai kehidupan yang ditanamkan setiap hari menjadi fondasi yang paling kuat. Ketika cinta ibu menjadi sekolah pertama, rumah pun berubah menjadi tempat terbaik untuk tumbuh. Bukan hanya menjadi pintar, tapi menjadi manusia yang penuh kasih sayang, tenang, dan berkarakter.
Seperti syair Hafidz Ibrahim yang berbunyi:
الامّ مدرسة اولى، اذا اعددتها اعددت شعباًطيّبً الأعراق
Yang artinya, ibu adalah madrasah (sekolah) pertama (bagi anak-anaknya), jika engkau mempersiapkannya (mendidiknya dengan baik), maka engkau telah mempersiapkan generasi yang baik (beradab).

