Dalam sebuah hubungan pernikahan, kesetiaan bukan hanya soal cinta yang mengikat dua insan, tetapi juga soal ibadah yang bernilai di sisi Allah SWT. Islam memandang rumah tangga bukan sekadar tempat berbagi suka dan duka, melainkan sebagai ladang pahala, tempat untuk saling menenangkan hati, dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Namun, di era modern seperti sekarang, batas antara dunia nyata dan dunia maya semakin tidak jelas. Kesetiaan sering kali diuji dengan berbagai godaan. Mulai dari media sosial, kesibukan kerja, sampai rasa bosan yang tidak disadari bisa menjadi celah hadirnya perselingkuhan. Berdasarkan hasil survei tahun 2022, Indonesia menempati peringkat kedua di Asia untuk kasus perselingkuhan tertinggi dengan tingkat 40%. Padahal kita tahu bahwa sebagai seorang Muslim, menjaga komitmen dalam rumah tangga merupakan bagian dari menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
Kesetiaan, Cerminan Takwa dan Amanah
Setiap pasangan yang telah mengucapkan ijab kabul sejatinya sedang memikul amanah besar. Ijab kabul bukan hanya janji antara dua manusia loh, HEALMates, tetapi juga perjanjian suci di hadapan Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’ ayat 32)
Ayat ini bukan hanya melarang zina dalam arti fisik, tetapi juga mengingatkan agar umat Islam menjauhi segala hal yang mengarah kepada zina, termasuk bentuk perselingkuhan emosional atau digital yang kian marak di era teknologi.
Kesetiaan bukan hanya menahan diri dari perbuatan terlarang, tetapi juga menjaga hati agar tidak berpaling dari pasangan yang telah Allah titipkan. Maka dari itu HEALMates, menjaga kesetiaan bukan semata-mata demi keharmonisan rumah tangga, tetapi juga bentuk ketaatan dan tanggung jawab spiritual.
Dalam Islam, menjaga pandangan, menjaga hati, menahan godaan, dan menghormati ikatan pernikahan merupakan bentuk ketaatan kepada Allah. Sehingga, kesetiaan sejatinya tidak hanya terlihat saat kita diuji, tetapi justru saat tidak ada yang mengawasi. Amanah itu hidup dalam hati yang takut kehilangan ridha Allah, bukan hanya takut kehilangan pasangan.
Cinta yang Bernilai Ibadah
Tahukah HEALMates, Islam tidak pernah menafikan cinta. Justru, cinta merupakan salah satu nikmat Allah yang jika diarahkan dengan benar, bisa menjadi ibadah. Cinta dalam pernikahan juga bukan sekadar perasaan romantis, tetapi lebih kepada bentuk tanggung jawab, kesabaran, komunikasi, dan pengabdian. Sebuah bangunan rumah tangga yang memiliki banyak sisi.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang mukmin memberi sesuatu kepada pasangannya yang lebih baik daripada akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)
Akhlak yang baik dalam konteks ini mencakup kesetiaan, kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang. Kita semua pasti tahu bahwa Rasulullah SAW sendiri yang telah mencontohkan, yang telah menjadi teladan sempurna dalam memperlakukan istri-istrinya. Beliau penuh dengan kasih sayang yang lembut, dan tidak pernah sekalipun menyinggung dengan ucapan kasar.
Cinta sejati dalam Islam juga bukan sekadar “aku mencintaimu,” tetapi lebih kepada “aku mencintaimu karena Allah.” Maka, ketika cinta itu berlandaskan iman, ia tidak mudah goyah oleh rupa yang lebih menarik, oleh perhatian yang lebih baru, bahkan oleh godaan dunia maya yang melintas sesaat. Kita tau bahwa cinta yang berlandaskan iman akan selalu menemukan jalan pulang, meski sempat tersesat oleh ego dan waktu. Karena cinta yang dijaga karena Allah akan selalu kembali kepada Allah.
Rumah Tangga Tempat Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah
Allah SWT telah menjelaskan tujuan pernikahan dalam Al-Qur’an dengan begitu indah, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum: 21)
Terdapat tiga kata kunci dalam ayat tersebut. Sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih sayang) yang menjadi pondasi rumah tangga islami. Ketenangan yang hadir saat dua insan saling percaya dan setia. Cinta yang tumbuh saat keduanya saling menghormati. Dan kasih sayang yang muncul saat keduanya saling mengasihi tanpa syarat.
Begitulah kehidupan rumah tangga yang semestinya dimiliki oleh semua orang. Tidak dipungkiri, jika perselingkuhan sekecil apa pun bentuknya, bisa merusak tiga pondasi tersebut. Ia menghapus sakinah dengan kegelisahan, mencemari mawaddah dengan kebohongan, dan memudarkan rahmah dengan egoisme. Karena sejatinya rumah tangga yang sakinah bukan berarti tanpa masalah ya, HEALMates, tetapi tempat di mana dua orang tetap saling memeluk meski dunia sedang berantakan. Di situlah rahmat Allah benar-benar terasa.
Godaan Zaman dari Chat Rahasia hingga “Teman Curhat”
Kita hidup di era di mana batas antara setia dan selingkuh terkadang kabur. Obrolan singkat dengan lawan jenis, candaan di chat WhatsApp, atau “sekadar curhat” bisa menjadi awal dari kehancuran sebuah rumah tangga.
Banyak yang beranggapan bahwa, “Ah, kan cuman teman chat biasa,” atau “Hanya hiburan kecil kok.” Tapi dalam Islam, hati manusia begitu lembut dan mudah berpaling jika tidak dijaga. Itulah mengapa Rasulullah SAW berpesan untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang mendekati maksiat, bukan hanya dari maksiat itu sendiri.
Kesetiaan tidak diukur dari seberapa kuat seseorang menolak godaan besar, tetapi dari kemampuannya menjaga diri dari godaan kecil yang mungkin terlihat sepele. Karena, kerap kali kita melihat kehancuran besar justru dimulai dari langkah kecil yang mungkin tidak jarang diabaikan. Karena itu, menjaga jarak sejak awal adalah bentuk cinta yang paling tulus. Bukan untuk mengekang, melainkan untuk saling melindungi.
Menjaga Komitmen Bentuk Latihan Spiritual Setiap Hari
Menjadi pribadi yang setia bukanlah perkara instan yang tiba-tiba langsung terwujud begitu saja ya, HEALMates. Ia merupakan latihan spiritual yang terus-menerus, seperti halnya ibadah shalat dan sabar. Setiap hari, kita diuji apakah akan tetap jujur pada pasangan kita, apakah akan menundukkan pandangan pada lawan jenis, dan apakah akan menjaga hati agar tetap bersih dari niat buruk.
Kesetiaan juga berarti kita merasa bersyukur atas pasangan yang kita miliki. Tidak ada yang namanya rumah tangga sempurna. Setiap pasangan pasti memiliki kekurangan. Tapi, justru di situlah letak sisi keindahannya bukan? Ketika dua orang saling menutupi kekurangan, bukan saling mencari pengganti.
Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika ia tidak menyukai satu perangainya, niscaya ia menyukai perangainya yang lain.” (HR. Muslim)
Hadits ini menjadi pengingat lembut agar kita senantiasa fokus pada kebaikan pasangan, bukan pada kekurangannya. Karena cinta yang tumbuh dari penerimaan akan jauh lebih kokoh daripada cinta yang hanya mengejar kesempurnaan. Kita bisa belajar bahwa kesetiaan bukan hanya tentang bertahan, tetapi tentang terus memilih pasangan yang sama, setiap hari, dalam segala keadaan. Itulah bentuk cinta yang paling matang.
Kesetiaan Adalah Bentuk Ibadah
Ketika seorang suami menahan pandangan dari godaan, itulah ibadah. Ketika seorang istri menahan amarah dan tetap setia mendampingi suami, itu juga ibadah. Lalu, ketika keduanya saling menjaga hati dan kehormatan, artinya mereka sedang menjalankan ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah.
Rumah tangga yang dibangun di atas kesetiaan tidak hanya bertahan lama, tetapi juga penuh dengan keberkahan. Anak-anak tumbuh dalam suasana damai, penuh cinta, dan hormat terhadap nilai-nilai agama. Karena sejatinya, kesetiaan bukan hanya hadiah untuk pasangan, tetapi juga warisan berharga bagi generasi berikutnya. Anak-anak akan belajar tentang cinta bukan dari kata-kata, tetapi dari bagaimana orang tuanya saling memperlakukan satu sama lain. Kesetiaan orang tua merupakan cermin pertama bagi mereka tentang arti cinta yang sebenarnya.
Setia Karena Allah, Bukan Karena Tak Ada Pilihan Lain
Kesetiaan sejati lahir bukan karena tidak ada kesempatan untuk berselingkuh, tetapi karena ada kesadaran bahwa Allah selalu melihat. Menjaga komitmen dalam rumah tangga sama halnya dengan menjaga kehormatan diri, menjaga keluarga, dan menjaga ibadah dalam rumah tangga.
Pernikahan merupakan perjalanan yang panjang. Terkadang ada badai, kadang juga ada pelangi. Tapi selama arah kompasnya tetap menuju Allah, setiap langkah, setiap kesabaran, dan setiap kesetiaan akan menjadi amal yang tak ternilai. Kesetiaan bukan hanya bukti cinta, tapi juga bentuk ibadah yang mengantarkan kita pada ridha-Nya dan cara paling indah untuk beribadah dalam diam. Ia tak selalu tampak, tapi terasa dalam ketenangan hati. Karena pada akhirnya, setia karena Allah jauh lebih membahagiakan daripada setia karena takut kehilangan seseorang. (KHO)

