Logo Heal

MENTAL HEALTH

Mental Health

Kelas sebagai Ruang Aman Bagi Siswa

Kelas sebagai Ruang Aman

Oleh :

Ada masa ketika kelas terasa seperti ruang asing, ramai tapi sunyi, penuh suara tapi tak memberi tempat bagi keberanian kita. Jika kelas seharusnya menjadi rumah kedua, mengapa banyak siswa justru merasa tidak nyaman untuk sekadar bicara? 

Nah, apakah HEALMates pernah merasakan hal seperti itu? Kalau iya, kamu nggak sendirian. Banyak siswa yang merasa ruang kelas justru menjadi tempat paling bikin cemas. Padahal idealnya, kelas adalah ruang aman, tempat di mana siswa merasa dihargai, didengar, dan diberi ruang untuk berkembang tanpa takut dihakimi.

Konsep ini dikenal sebagai psychological safety atau rasa aman secara psikologis. Istilah ini dipopulerkan oleh Amy C. Edmondson, profesor dari Harvard Business School, yang menjelaskan psychological safety sebagai lingkungan di mana seseorang merasa aman untuk mengambil risiko interpersonal tanpa takut dipermalukan atau dihukum.

Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana sih guru bisa menciptakan suasana kelas yang mendukung psychological safety? Yuk, kita kupas satu per satu dalam artikel berikut ini HEALMates!

Kelas sebagai Ruang Aman

Ruang kelas adalah ruang penting yang sangat berperan dalam perkembangan siswa, baik secara pengetahuan maupun psikologis mereka. Setuju nggak HEALMates? Oleh karena itu, agaknya benar bahwa kelas memang seharusnya jadi ruang aman bagi siswa yang bisa menjadi tempat di mana mereka bisa bertanya tanpa dihakimi. Dalam konteks ini, guru sangat berperan penting untuk menciptakan ruang aman bagi siswa di dalam kelas. Lantas, bagaimana caranya? Berikut beberapa langkah yang mungkin bisa dipertimbangkan. 

1. Guru yang Terbuka Menciptakan Siswa yang Berani Terbuka

Menurut Edmondson dalam bukunya The Fearless Organization (2018), budaya keterbukaan ini bisa dimulai dari pemimpin. Dalam konteks kelas, tentu saja pemimpin ini adalah guru. Ketika guru menunjukkan kerentanan, misalnya berani bilang “Saya juga bisa salah”, siswa akan bisa belajar bahwa kesalahan bukanlah hal yang memalukan. Guru yang mau mendengarkan pendapat siswa tanpa langsung mengoreksi ini seakan memberi sinyal bahwa suara mereka penting.

Contoh nyata di kelas:

  • Guru membuka pelajaran dengan pertanyaan reflektif ringan: “Ada yang mau cerita pengalaman seru minggu ini?”
  • Saat siswa menjawab salah, guru merespons: “Sudah bagus kamu mencoba. Yuk kita lihat bersama di mana bagian yang perlu diperbaiki.”

Meski tampak sederhana, tapi pendekatan seperti ini bisa punya dampak besar, lho. Siswa jadi merasa aman untuk mencoba.

2. Menormalisasi Kesalahan sebagai Bagian dari Proses Belajar

Setiap orang pasti pernah salah. Tapi, pada banyak kasus kesalahan sering dijadikan bahan tertawaan atau kritik berlebih. Nah, untuk bisa menciptakan sebuah ruang aman di kelas, guru hendaknya bisa memahami bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar. 

Dr. Timothy Clark, penulis The 4 Stages of Psychological Safety juga menjelaskan bahwa manusia butuh melewati empat tahap agar berani berkembang:

  • Inclusion safety: merasa diterima. 
  • Learner safety: perasaan aman untuk bertanya dan belajar. 
  • Contributor safety: aman untuk berpendapat. 
  • Challenger safety: aman untuk menantang ide. 

Nah, hal ini agaknya sulit tercapai kalau siswa takut salah. Oleh karena itu, guru bisa menanamkan mindset “kesalahan sebagai kesempatan belajar”. Misalnya dengan memberi contoh soal yang melibatkan trial and error, berbagi cerita tentang kegagalan yang pernah dialami, atau memberi apresiasi pada siswa yang berani mencoba.

3. Membuat Aturan Kelas Lewat Diskusi Bersama 

Alih-alih guru membuat aturan sendiri dan menempelkannya di papan tulis, cobalah untuk melibatkan siswa dalam penyusunannya. Penelitian dari Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL) menunjukkan bahwa ketika siswa berpartisipasi dalam keputusan kelas, mereka merasa lebih dihargai dan lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan belajar. Karena mereka ikut membuatnya, siswa lebih cenderung mematuhinya.

4. Dukungan Emosional Sehari-hari

Menciptakan ruang aman ini nggak hanya tentang hal-hal besar saja ya, HEALMates. Lebih dari itu, ruang aman juga hendaknya bisa melibatkan kebiasaan-kebiasaan kecil. Malah justru dukungan emosional sehari-hari yang diberikan guru kepada siswa inilah yang bisa meningkatkan rasa percaya diri sekaligus mengurangi kecemasan akademik. Contoh dukungannya seperti apa? Misalnya: 

  • menyapa siswa satu per satu,
  • menanyakan perasaan mereka sebelum memulai pelajaran,
  • menanggapi keluhan siswa dengan penuh empat, dan lain-lain. 

Bagi siswa, kalimat dan sikap sederhana yang hangat itu akan terasa seperti pelukan.

5. Menghadirkan Aktivitas yang Membangun Keberanian

Kelas yang aman bukan hanya ditandai dengan minimnya konflik, tapi juga ruang yang mendorong eksplorasi. Guru bisa menghadirkan aktivitas kreatif yang akan membuat siswa merasa dihargai bukan hanya dari nilainya, tapi juga dari proses belajarnya.

6. Mengelola Bullying atau Komentar Menyakitkan dengan Tegas

Tidak ada psychological safety tanpa intervensi pada perilaku negatif. Jadi, guru sebaiknya perlu lebih peka untuk menyadari adanya tindakan-tindakan bullying agar bisa mencegah kekerasan terhadap siswa didik. Cobalah untuk membangun lingkungan kelas yang aman dengan peka terhadap apa yang terjadi di antara siswa. 

Pada akhirnya, ruang kelas bukan cuma tempat menulis, berhitung, atau mengerjakan ujian. Sebaliknya, ruang kelas juga merupakan ruang tumbuh dan ruang belajar menjadi manusia. Keamanan psikologis adalah hasil dari banyak tindakan kecil yang terus diulang setiap hari. Ketika guru konsisten menunjukkan empati, keterbukaan, dan rasa hormat, barulah siswa berani membuka diri. Sebab, nas dari pendidikan bukan hanya soal pintar secara akademik, tapi soal bagaimana kita membersamai anak-anak didik kita berproses menjadi manusia yang dapat memanusiakan manusia lainnya. (RIW)

Bagikan :
Kelas sebagai Ruang Aman

More Like This

Logo Heal

Kamu dapat menghubungi HEAL disini:

Heal Icon

0858-9125-3018

Heal Icon

00 31 (0) 6 45 29 29 12

Heal Icon

heal@sahabatjiwa.com

Copyright © 2023 HEAL X  Sahabat Jiwa