Logo Heal

MENTAL HEALTH

Mental Health

Kasus Bunuh Diri Keluarga dan Masalah Kesehatan Mental di Baliknya

Oleh :

Hai, HEALMates. Kita bersama-sama akan menjelajahi sebuah perbincangan yang begitu sensitif, yang baru-baru ini menjadi sorotan utama. Sebuah tragedi besar telah menghantam sebuah keluarga, memperlihatkan kepada kita betapa dalamnya luka-luka emosional yang dapat tersembunyi. Kejadian bunuh diri yang menimpa keluarga ini memperlihatkan kepada kita betapa kompleksnya tantangan yang dihadapi dalam masalah kesehatan mental, seringkali terlupakan dalam hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.

Kesehatan mental yang kokoh merupakan pondasi utama untuk kehidupan yang penuh makna dan kebahagiaan. Namun, saat kita mengabaikan gejala-gejala gangguan kesehatan mental, luka-luka yang tak terlihat dapat menghantui individu, bahkan bisa mengarah pada tragedi yang tak terbayangkan sebelumnya. Mari kita telaah bersama kasus bunuh diri yang mengguncang, di mana ketidakpedulian terhadap kesehatan mental membawa dampak tragis bagi anggota keluarga yang tak bersalah.

Seperti yang telah kita ketahui, terjadi sebuah kejadian bunuh diri yang melibatkan seorang ayah berinisial EA (51), seorang ibu berinisial AEL (50), bersama dengan anak perempuan berusia 15 tahun berinisial JL dan anak laki-laki berusia 13 tahun berinisial JWA. Keempat individu tersebut terjalin dalam satu ikatan yang mendalam, yang mengantarkan mereka untuk melakukan aksi putus asa dengan terjun dari lantai 12 apartemen di Penjaringan pada Sabtu (9/3/2024) yang lalu.

Menggali Akar Masalah
Tragedi bunuh diri keluarga merupakan pukulan telak bagi masyarakat, yang seringkali membuat kita terhenyak dan mencari alasan yang konkret. Namun, di balik setiap tindakan ekstrim seperti bunuh diri, terdapat cerita yang lebih dalam yang terkait erat dengan kesehatan mental. Tanda-tanda gangguan mental mungkin telah ada, namun sayangnya seringkali diabaikan atau bahkan dianggap tabu untuk dibicarakan.

Dilansir dari Tribunnews, Polisi menemukan bahwa keluarga yang terlibat dalam kejadian di Apartemen Penjaringan tersebut telah terisolasi dari lingkungan sosial dan keluarga besar selama dua tahun. Anak-anak dalam keluarga tersebut bahkan sudah tidak bersekolah selama setahun terakhir. Kemungkinan anak tersebut putus sekolah karena keluarga tersebut mengalami kesulitan ekonomi setelah bisnis kapal ikan mereka bangkrut akibat pandemi Covid-19. Walaupun setelah penyelidikan polisi, keluarga tersebut tidak terlilit pinjaman online yang memberatkan. Tetap saja kondisi ekonomi keluarga sebelum tragedi terjadi memang sedang buruk.

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, menjelaskan bahwa kasus ini tidak dapat disebut sebagai “bunuh diri sekeluarga” karena anak-anak tidak mungkin memberikan persetujuan. Mereka dianggap sebagai korban karena tidak memiliki kapasitas mental untuk memahami tindakan tersebut.

Menurut Elvine Gunawan, kepala Program Studi Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Parahyangan, orang tua yang terlibat dalam tragedi tersebut sebenarnya ingin melindungi anak-anak mereka. Mereka khawatir bahwa anak-anak akan ditinggalkan sendirian setelah mereka pergi. Dia juga mengungkap pengalaman menangani kasus seorang ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan, yang merencanakan bunuh diri untuk membawa anaknya karena merasa anaknya akan kesepian jika dia meninggal. Ini sebenarnya menunjukkan bahwa orang tua yang terlibat dalam tragedi tersebut sebenarnya ingin melindungi anak-anak mereka.
“Mereka mungkin khawatir bahwa anak-anak mereka akan ditinggalkan sendirian setelah mereka pergi. Ini adalah tindakan yang diambil sebagai upaya perlindungan, meskipun terdengar paradoksal,” jelasnya saat diwawancarai media BBC.

Tragedi bunuh diri keluarga ini mengungkapkan bahwa masalah kesehatan mental bisa menjadi sangat rumit. Kemudian jika tidak ditangani dengan baik dan kurang diperhatikan bisa menyebabkan hal yang lebih ekstrem. Tanda-tanda masalah pikiran sering diabaikan. Terputusnya hubungan dengan keluarga besar dan kurang terlibat dalam kehidupan sosial masyarakat juga menjadikan keluarga tersebut lebih rentan terkena gangguan kesehatan mental. apalagi dengan ditambah adanya masalah keuangan, situasi jadi semakin memburuk. Akibatnya, anak-anak menjadi korban tanpa bisa melawannya.

Upaya Pencegahan Bunuh Diri
Salah satu strategi yang ditekankan oleh Suicide Prevention Resource for Action CDC adalah memperkuat dukungan ekonomi, yang dapat membantu keluarga mengatasi beban finansial yang dapat memicu stres dan tekanan mental. Selain itu, ciptakan lingkungan yang aman dengan mengurangi akses terhadap sarana yang dapat digunakan untuk bunuh diri. Hal ini mencakup kebijakan dan budaya organisasi yang mendukung kesehatan mental, serta mengurangi penggunaan zat melalui kebijakan dan praktik berbasis komunitas.

Meningkatkan akses terhadap perawatan juga penting, agar individu yang berisiko dapat mendapatkan bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan. Promosi hubungan yang sehat dan keterampilan pemecahan masalah juga dapat membantu individu untuk mengatasi tekanan dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir, melakukan skrining dan memberikan dukungan kepada orang-orang yang berisiko adalah langkah penting untuk mendeteksi dan mengatasi masalah kesehatan mental sejak dini.

Dengan pemahaman yang lebih dalam mengenai kompleksitas masalah kesehatan mental dan usaha bersama dari berbagai pihak, harapannya tragedi seperti yang dialami keluarga ini bisa dihindari, dan individu yang sedang mengalami kesulitan mental bisa mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan sebelum terlambat. Jadi HEALMates, mari lebih peka terhadap sesama. Jadilah pendengar yang baik bagi mereka yang tengah mengalami masa sulit. Jangan ragu meminta pertolongan keluarga, saudara atau bahkan tenaga medis jika sekiranya ada yang salah dengan kesehatan mental kita.

Penulis: Rodziyah

Sumber:
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c884p285k9do
https://www.cdc.gov/suicide/resources/prevention.html
https://m.tribunnews.com/metropolitan/2024/03/18/fakta-baru-satu-keluarga-bunuh-diri-lompat-dari-apartemen-tertutup-hingga-anak-tak-sekolah-1-tahun?page=all

Bagikan :

More Like This

Logo Heal

Kamu dapat menghubungi HEAL disini:

Heal Icon

0858-9125-3018

Heal Icon

heal@sahabatjiwa.com

Copyright © 2023 HEAL X  Sahabat Jiwa