Juliana adalah seorang pengamen berusia 34 tahun yang memiliki satu putri cantik dan manis berusia 9 tahun. Namun disayangkan saat putrinya masih bayi sudah ditinggal oleh suaminya sehingga putrinya sampai saat ini belum pernah merasakan kasih sayang dari sang ayah. Bahkan sebelum berpisah, Juliana menjadi korban perilaku kasar sang suami, hal yang paling parah yaitu beberapa kali dipukul pakai botol sirup sampai kepalanya bocor jadi sampai saat ini kepalanya sering menderita pusing. Di masa lalunya, Juliana juga mengalami perilaku kasar dari adik kandungnya sendiri, bahkan adik tersebut pernah membanting tubuh Juliana sehingga kepalanya terbentur. Cedera kepala yang diderita mengakibatkan fisik Juliana melemah dan menjadi sulit berfikir, sulit membaca, dan tidak lancar berbicara sampai disleksia sehingga membuatnya tidak sanggup untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Kendala ini menyebabkan dia sering tidak naik kelas hingga memutuskan untuk barhenti bersekolah. Karena pengalamannya itu, ia tidak ingin anaknya ketinggalan sekolah, anaknya harus sukses walaupun berat untuk membiayai perlengkapan belajarnya.
Mengenai mantan suaminya, rupanya beliau sudah menikah lagi namun tidak menafkah anak semata wayang mereka, walaupun dulu sempat pernah tidak sengaja bertemu dan mengobrol sebentar, pas ingin pulang ayah anak tersebut memberi uang Rp. 5000,- untuk keperluan anak selama 2 bulan. Jumlah yang kurang memadai ini membuat Juliana kecewa karena dari hasil mengamen dia bisa mendapatkan uang Rp. 50.000,- per hari.
Juliana mengamen hampir setiap hari, dengan penghasilan seperti tertulis di atas. Jika belum mendapatkan uang sejumlah itu maka pantang baginya untuk pulang ke rumah, mengingat kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi terutama untuk anak semata wayangnya. Pengeluaran pasti yaitu: uang saku anak, uang makan, uang listrik, uang kontrakan rumah. Jadi sehari-hari Juliana harus bangun antara jam 3 sampai 4 subuh untuk masak dan membersihkan rumah sendiri dan juga rumah ibunya sebagai balas budi telah membantu keluarga kecilnya. Bersyukur ibunda dari Juliana membantu menambah uang kebutuhan anaknya dari hasil menjual sembako.
Keluarga Juliana dulu cukup berada, memiliki usaha kost-kostan banyak dan warung sembako sehingga uang selalu mengalir masuk, namun kini meraka hanya memiliki aset kontrakan 6 pintu dengan bangunan tua, namun 2 pintu kontrakan kosong dan penyewa sering menunggak berbulan-bulan. Dari penghasilan warung sembako dan kontrakan, ibunya membantu keluarga kecil Juliana.