Logo Heal

ART, MONEY & TECHNOLOGY

Art, Money & Technology

Inspiratif, Pemuda Ini Berhasil Ubah Sampah Plastik Jadi Seni Wayang

Pemuda Ini Ubah Sampah Plastik Jadi Seni Wayang

Oleh :

Kamu pernah kebayang nggak sih, kalau botol plastik yang biasanya menumpuk di pojokan rumah, bisa berubah jadi karya yang punya nilai seni dan bahkan laku dijual? Yep, di Banyumas, ada seorang pemuda yang bukan sangat inspiratif karena berhasil mengubah sampah menjadi sebuah karya seni yang bernilai ekonomis. 

Namanya Aris Septianto, pemuda asal Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah yang berhasil menyulap sampah plastik dan botol bekas jadi wayang ramah lingkungan. Karyanya tentu bukan sembarang wayang, ya HEALMates. Ia mengerjakan proses kreatif ini dengan detail, mulai dari merancang karakter hingga memilih teknik ukir layaknya wayang klasik. Yang menarik adalah karya ini 100% dari limbah botol. 

Seperti apa cerita inspiratif dari Aris Septianto? Yuk, simak kisah lengkapnya dalam artikel ini!

Dari Limbah Plastik ke Seni Wayang

Dalam sebuah wawancara dengan media lokal, Aris menceritakan bahwa awalnya ia merasa resah melihat sampah plastik yang rasanya semakin nggak ketolong. Alih-alih mengeluh, ia justru memikirkan cara paling kreatif untuk mengatasi masalah sampah ini. Ia pun mengubah plastik-plastik botol jadi sebuah karya seni budaya, yakni Wayang.

Proses pembuatannya pun nggak gampang. Dari memilih botol, memotong pola, sampai proses paling bikin pusing sekaligus paling menentukan yaitu pengukiran.

“Proses pengukiran menjadi tahap paling rumit. Detail-detail seperti motif pakaian, wajah, dan ornamen lainnya,” jelas Aris ketika diwawancara.

Apalagi, setiap tokoh Wayang butuh botol yang jumlahnya beda-beda juga karena semuanya disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas desainnya.

“Untuk satu wayang kecil, bisa menghabiskan 6 sampai 8 botol. Sedangkan wayang besar bisa sampai 60 botol,” jelas Aris. 

Artinya, bukan cuma makan waktu, tapi juga makan “bahan baku”, literally.

Sampah yang Naik Kasta Jadi Bernilai 

Siapa sangka, Wayang dari botol bekas ini justru jadi magnet buat pembeli. Orang bukan cuma beli produknya, tapi juga beli ceritanya, spirit-nya, dan keunikannya. Sampah-sampah yang semula dipandang sebelah mata dan jadi momok masyarakat pun kini naik kasta dan bernilai jual. Harga jualnya pun variatif. 

Untuk Wayang berukuran kecil, Asep menjualnya mulai dari Rp30.000. Sementara itu, untuk Wayang besar dan super detail, harganya bisa sampai Rp300.000. Harga ini tentunya tergantung ukuran dan tingkat kerumitan saat pembuatan. 

Dengan rentang harga itu, karya-karya Aris nggak cuma jadi pajangan, tapi juga jadi collectible items yang bisa dibilang sangat berdampak bagi lingkungan.

Kreativitas Bukan Sekadar Estetika

Karena konsisten di jalur ini, Aris pun sering diundang sebagai narasumber di workshop komunitas lingkungan. Dia aktif berbagi cerita, proses kreatif, dan yang paling penting sangat menginspirasi pemuda lain biar ikut peduli.

Baginya, seni dan eco-awareness nggak harus dipisah. Justru dua hal itu bisa saling nge-boost.

“Kalau kita bisa menciptakan sesuatu dari sampah, kenapa harus membiarkan lingkungan kita rusak?” begitulah kira-kira.

Nggak hanya bernilai ekonomis, karya-karya Aris pun jadi salah satu cara untuk menghidupkan kembali budaya sekaligus pelan-pelan menyelamatkan bumi. Di era di mana bumi rasanya makin panas dan keberadaan budaya sering diabaikan, Aris justru menyajikan contoh nyata bahwa generasi muda bisa banget jadi agent of change, bahkan lewat botol air mineral sekalipun.

Kalau ada satu pelajaran yang bisa kita ambil dari ceritanya Aris nih HEALMates, mungkin kita bisa belajar bahwa siapapun bisa mengubah keresahan menjadi sebuah karya, dan siapa tahu tindakan kita ini bisa jadi langkah kecil yang berdampak pada kehidupan banyak orang. (RIW)

Bagikan :
Pemuda Ini Ubah Sampah Plastik Jadi Seni Wayang

More Like This

Logo Heal

Kamu dapat menghubungi HEAL disini:

Heal Icon

0858-9125-3018

Heal Icon

00 31 (0) 6 45 29 29 12

Heal Icon

heal@sahabatjiwa.com

Copyright © 2023 HEAL X  Sahabat Jiwa