Di taman bermain digital masa kini, Roblox jadi salah satu nama besar. Dari anak-anak SD hingga remaja, bahkan ada juga orang dewasa, banyak yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain game ini. Setiap hari, mereka mengotak-atik avatar, main obrolan, bikin game sendiri, atau sekadar berinteraksi sosial dengan teman-teman di dunia maya.
Fenomena ini pun kerap menimbulkan kebingungan di kalangan orang tua. Tak sedikit juga yang bertanya-tanya, “Kenapa anak-anak betah banget bermain Roblox?” Oleh karena itu, yuk kita ulas lebih dalam mengenai fakta-fakta psikologis yang membuat game ini banyak digandrungi.
Roblox dan Fenomena Ketagihan Digital
Bagi HEALMates yang belum tahu, Roblox merupakan platform game atau user-generated content di mana pemain bisa membuat game sendiri, bermain game buatan orang lain, berinteraksi sosial secara online lewat avatar, hingga mengikuti berbagai event.
Game ini kerap dipandang sebagai platform yang edukatif dan kreatif berkat desainnya yang menarik serta fitur sosial yang memungkinkan pemain membuat sekaligus memainkan game buatan pengguna lain. Namun meski menyenangkan, di sisi lain banyak orang tua yang mulai mengkhawatirkan potensi kecanduan dan dampaknya terhadap tumbuh kembang anak.
Game ini didesain dengan banyak konten yang dibuat pengguna (user-generated), sehingga selalu ada hal baru yang membuat para pemain tidak bosan. Selain itu, platform ini juga tersedia di banyak perangkat dan mudah diakses yang memungkinkan kita bermain kapan saja.
Namun, sejumlah penelitian justru menemukan bahwa online game, termasuk Roblox bisa berdampak pada kualitas hidup, kesehatan fisik, dan mental jika penggunaan atau “keterlibatannya” terlampau intens dan tanpa batasan.
Mekanisme Psikologis di Balik Ketagihan Roblox
Berikut beberapa alasan mengapa secara psikologis, game seperti Roblox bisa membuat pemainnya ketagihan dan sulit berhenti.
1. Variabel Reward atau Intermittent Reinforcement
Salah satu faktor terbesar yang membuat game ini bikin nagih adalah mekanisme hadiah atau penghargaan yang sulit ditebak. Misalnya, kamu sudah menyelesaikan tugas di game, kamu bisa mendapatkan item langka. Terkadang ada juga event spesial yang muncul meski kadang juga tidak. Pola imbalan yang “acak” inilah yang dalam psikologi dinamakan intermittent reinforcement.
Menurut sejumlah penelitian, mekanisme ini diketahui sangat efektif untuk membentuk kebiasaan, bahkan kecanduan. Pasalnya, sistem otak kita akan secara otomatis terdorong untuk mencoba lagi setiap kali kita mendekati reward. Selain itu, saat kita mendapat reward (item virtual, level baru, kosmetik, pencapaian), otak kita juga melepaskan dopamine, zat kimia yang membuat kita merasa senang atau puas.
2. Flow State
Platform seperti Roblox punya banyak variasi level kesulitan. Game-nya bisa dibuat cukup menarik dan menantang agar pemain “larut” dan lupa waktu. Saat pemain berada pada keadaan di mana tantangan pas dengan kemampuan mereka, mereka bisa masuk ke mode “flow”. Hal inilah yang membuat waktu terasa cepat berlalu karena mereka fokus pada permainan sehingga lupa kalau harus tidur, makan, bahkan mengerjakan tugas sekolah misalnya. Kondisi ini sangat menyenangkan secara mental dan bisa membuat orang ingin terus mengulang pengalaman itu.
3. Sosial dan FOMO (Fear Of Missing Out)
Roblox bukan cuma soal game. Ada juga unsur sosialnya seperti main bareng teman, obrolan, komunitas, event yang terbatas, desain avatar yang keren, dan lain sebagainya. Kalau teman-teman sudah punya item tertentu atau ikut event baru, si pemain bisa merasa “ketinggalan” jika tidak ikut. Rasa takut melewatkan sesuatu atau Fear of Missing Out (FOMO) ini bisa mendorong anak atau remaja untuk sering login, ikut, bahkan ngebut agar tidak kalah “gaul” di dalam game.
4. Pengaruh Lingkungan Keluarga
Penelitian menunjukkan bahwa sikap orang tua juga akan sangat berpengaruh dalam membentuk ketagihan game Roblox. Jika ada pengawasan dan aturan yang jelas, kecanduan game digital akan cenderung lebih rendah. Namun sebaliknya, jika kontrol orang tua longgar atau bahkan absen, maka kemungkinan kecanduan ini akan lebih besar.
5. Karakteristik Individu dan Psikopatologi
Beberapa anak atau remaja mungkin punya kecenderungannya sendiri. Misalnya daya perhatian yang rendah, stres, kecemasan, kesepian, atau bahkan kondisi seperti ADHD. Bagi mereka yang memiliki kondisi seperti ini, Roblox kerap menjadi “pelarian” atau tempat yang menawarkan kepuasan instan. Sedikit kontrol sosial dan kesempatan mendapatkan pengakuan lewat avatar/kosmetik/game progress membuat mereka merasa bahagia dan nyaman. Ada juga yang bermain sebagai cara mengisi kekosongan emosional atau menghindari masalah di dunia nyata.
Dampak Negatif Ketagihan Roblox
Ketagihan itu bukan cuma soal “kurang tidur” atau “main terus”. Ada banyak sisi negatif kalau ketagihan tidak dikendalikan. Beberapa di antaranya yakni sebagai berikut.
- Kesehatan fisik memburuk: mata lelah, masalah postur, kurang gerak hingga obesitas, gangguan tidur.
- Kesehatan mental terganggu: muncul kecemasan, stres, rasa bersalah, mood swing, bahkan depresi kalau merasa tidak bisa kontrol game atau merasa kalah dibanding teman.
- Prestasi sekolah menurun: karena waktu belajar terganggu, konsentrasi pun jadi menurun.
- Interaksi sosial di dunia nyata terganggu: lebih senang berinteraksi secara online, kurang punya waktu atau motivasi untuk kumpul fisik, olahraga, hobi non-digital, dan sebagainya.
- Risiko konten negatif/ keselamatan digital: karena Roblox menyediakan ruang interaksi dengan orang lain secara online, ada potensi paparan ke konten yang kurang sesuai, cyberbullying, bahkan grooming online jika tidak diawasi.
Tips Bagi Orang Tua dalam Mengontrol Permainan Anak
Sebagai permainan, game Roblox menawarkan beragam sisi positif juga tentunya. Misalnya, anak jadi lebih kreatif, bisa belajar coding sederhana, berinteraksi sosial secara virtual, dan hiburan. Meski begitu, orang tua juga tetap harus mengontrol anak-anak agar permainan ini tidak justru mendatangkan efek negatif di kemudian hari. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan orang tua.
1. Membuat Aturan Waktu Bermain
Orang tua perlu memberikan batasan waktu bermain bagi anak secara jelas, misalnya batas harian “Main Roblox maksimal X jam per hari”, “Setelah PR selesai”, “Setelah makan malam”, dan lain-lain. Untuk memudahkan pengawasan, orang tua bisa mengatur gadget anak dengan timer atau aplikas pengatur waktu di perangkat.
Selain itu, orang tua juga bisa menggunakan parental control dan memastikan akun dengan pengaturan privasi yang aman. Awasi interaksi anak di game, seperti siapa teman onlinenya, apa yang dibicarakan, serta jenis konten apa yang muncul. Jangan lupa juga untuk mengajari anak tentang keamanan digital dan jangan berbagi data pribadi.
2. Terlibat dan Komunikasi
Orang tua juga perlu belajar tentang game apa yang dimainkan oleh anak, event apa saja di dalamnya, dan kenapa game itu menarik. Ajak ngobrol anak dan tanyakan apa yang dia suka dari Roblox, kenapa ingin terus memainkannya. Kadang dengan membuka komunikasi dengan anak, kita bisa mencari solusi bersama dan mendiskusikan cara agar aktivitas anak lebih seimbang.
3. Memberi Alternatif yang Menarik
Orang tua juga perlu memberikan alternatif lain yang menarik, seperti aktivitas fisik, hobi kreatif non-digital, klub atau komunitas olahraga, musik, menggambar, berenang, dan lain-lain.
4. Beri Edukasi dan Kesadaran
Anak dan remaja perlu mengetahui berbagai potensi risiko dari bermain game online, termasuk Roblox, seperti kecanduan, masalah kesehatan, dampak akademik, dan lain-lain. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan edukasi tentang manajemen waktu layar, konsekuensi dari kecanduan game, serta cara agar game bisa menjadi permainan yang menyenangkan namun tidak mendatangkan masalah bagi anak. Dengan memiliki kesadaran dan pemahaman ini, anak bisa lebih mampu untuk memproteksi diri sendiri.
Roblox memang punya daya tarik yang kuat, ya HEALMates. Bukan cuma karena game-nya yang asyik, tapi juga karena desain psikologisnya yang memang membuat otak ingin terus mencoba. Tapi di sisi lain, Roblox juga punya potensi positif untuk kreativitas dan bersosialisasi. Kuncinya adalah seimbang, baik orang tua, guru, maupun anak perlu bekerja sama supaya penggunaan Roblox tidak mengganggu kesehatan fisik dan mental. (RIW)

