Ibu Herlina memiliki anak bernama Rahim atau yang akrab dipanggil Beni, ia memiliki masalah kesehatan mental jenis kecemasan berlebih. Awal mengetahui karena mencurigai terdapat gerakan yang tidak beres akhirnya memutuskan untuk membawa Beni ke psikolog RSUD Budi Asih, Jakarta Timur.
Diagnosa yang dimiliki Beni sebagai kecemasan berlebih beserta tindakannya yang suka membanting barang diharuskan konsumsi obat Fluesetine. Tidak kunjung mereda membuat keluarga harus tetap berjuang dengan sabar dan mengerti keadaan Beni sebagai diagnosa gangguan kecemasan jadi tak bisa berharap dia yang harus bersikap normal jadi kita yang harus mengerti.
Penyebab mengalami kecemasan berlebih diketahui karena belum bisa menerima keadaan yang harus tinggal di kontrakan petak 3, karena sebelumnya tinggal di rumah dinas yang nyaman dan fasilitas lengkap, selain itu ingatan terpaan sinetron dimana pemerannya diusir ketika tidak sanggup membayar kontrakan sehingga ketakutan tersebut terus memenuhi pikirannya.
Semenjak tinggal di kontrakan, perilakunya mudah tersinggung misalnya saat Lina salah bicara, moodnya akan menurun. Kalau dilarang melakukan hal yang tidak baik, ia pun akan memukul ibunya ataupun berantak rumah. Ketika ibunya ingin berangkat bekerja, Beni melarang, seakan tidak mau ditinggal walaupun akhirnya mau ditinggal dengan perjanjian pulang tepat waktu. Jika pulang telat, ibunya akan dipukul.
Beni diketahui masuk sekolah menengah atas terbaik nomor dua di Jakarta yaitu SMA 28 Jakarta, terdapat di Pasar Minggu Jakarta Selatan. Namun karena ada masalah kesehatan mental ia tidak termotivasi melanjutkan sekolah, padahal para guru sempat menjenguk untuk merayu Beni agar kembali sekolah. Kini Beni memilih sekolah PKBM yaitu salah satu pusat pembelajaran bagi masyarakat selain pendidikan formal seperti sekolah.
Beni dikasih Dokter obat
Beni tidak ingin berinteraksi dengan orang bahkan jika ada tamu di rumahnya akan memisahkan diri ke kamar mandi.
Namun bersyukur Beni tetap keluar walaupun hanya ke masjid 5 kali dalam sehari.