HEALMates, pernah nggak kamu merasa kalau vibe anak muda zaman sekarang pelan-pelan mulai berubah? Dulu, citra anak hits itu selalu seringkali tentang lampu klub yang kedip-kedip, gelas alkohol yang saling berdenting, dan cerita pulang menjelang pagi yang dianggap keren. Rasanya seperti ada standar tak tertulis bahwa gaul itu identik dengan dunia malam. Tapi sekarang, suasananya kok beda ya. Jadi, mereka kaya  bahwa tubuh dan pikiran itu nggak bisa terus dipaksa tanpa dirawat.

Kalau kita intip tren internasional, perubahan gaya hidup anak muda ternyata bukan cuma terjadi di Indonesia. Di Inggris, partisipasi gym lagi naik kenceng banget, bahkan mencapai lebih dari 11,5 juta anggota pada 2025. Menariknya, banyak di antaranya adalah Gen Z yang datang ke gym bukan hanya buat ngepumping otot, tapi buat menjaga kesehatan mental, menambah koneksi sosial, dan membangun hidup yang lebih konsisten. Aktivitas seperti nge-gym menggantikan citra club malam yang dulu dianggap simbol anak muda gaul. 

Fenomena serupa juga terjadi di Indonesia, dan ini bukan cuma asumsi. Dalam salah satu podcast, dr. Tirta bilang bahwa anak muda zaman sekarang sudah jauh lebih sadar pentingnya olahraga. Kita bisa lihat sendiri: event lari selalu penuh, lapangan padel hampir selalu fully booked, kelas pilates pun makin menjamur. Bahkan kalau dibandingkan, pendapatan pengusaha club malam dan pengusaha club olahraga sekarang terlihat makin jomplang. Mereka yang bergerak di sektor olahraga justru tumbuh pesat karena semua generasi makin melek terhadap kesehatan. Pergeseran ini menunjukkan bahwa olahraga sudah menjadi bagian dari identitas sosial dan kebutuhan mental anak muda masa kini.

Untuk memahami pergeseran ini lebih dalam, tim riset HEALMates ngobrol lewat survei dengan 10 Gen Z berusia 13–28 tahun. Kami minta mereka cerita jujur tentang pengalaman clubbing, pandangan mereka tentang hak hidup sehat, dan aktivitas yang mereka gemari. Yuk, kita selami satu per satu.

 

Gen Z Sadar untuk Menjauhi Clubbing

Bagian ini cukup mengejutkan karena hasilnya hampir seragam. Mayoritas responden mengaku belum pernah clubbing dan memang nggak tertarik. Mereka yang sempat datang pun bilang alasannya bukan karena suka dunia itu. Akan tetapi, karana diajak teman, mengobati rasa penasaran, atau mencoba seklai untuk melepas stress. Seringkali hanya coba-coba. Tapi setelah merasakannya, mereka justru makin yakin tidak ingin mengulang lagi. Banyak yang bercerita kalau clubbing bikin badan capek, mood berantakan, dan muncul rasa koson setelahnya. Perasaan yang sulit dijelaskan tapi cukup membuat mereka menjauh. Beberapa yang sejak awal memang nggak tertarik alkohol atau suasana malam juga menolak dengan tegas. Alasannya karena merasa bukan dunianya. Nah, dari jawaban-jawaban itu, terlihat jelas bahwa jarak Gen Z dengan dunia pesta malam bukan kebetulan, melainkan pilihan sadar demi diri mereka sendiri.

 

Hidup Sehat Itu Hak, Bukan Tren

Saat ditanya bagaimana mereka memandang hidup sehat, jawabannya benar-benar bikin kita mikir. Hampir semua responden memberi nilai 4–5 untuk pernyataan bahwa setiap orang berhak hidup sehat secara fisik dan mental. Mereka percaya bahwa menolak ajakan yang berpotensi merusak diri adalah bentuk hak pribadi, bukan sikap sok suci atau antisosial. Mereka juga merasa lingkungan sekitar seharusnya mendukung keputusan itu, bukan justru menekan atau menghakimi. Menariknya, bagi mereka, hidup sehat bukan cuma soal olahraga atau makan sehat. Akan tetapi tentang batasan, kendali terhadap diri sendiri, dan rasa hormat pada tubuh. Kesadaran ini bahkan sudah menyentuh ranah hak asasi manusia: bahwa tubuh dan mental setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari perilaku yang menyakiti. 

 

Menjemput Tenang Lewat Aktivitas Sehat

Ketika kami bertanya apa kegiatan yang sekarang lebih mereka sukai, jawaban Gen Z terasa selaras satu sama lain. Banyak yang memilih aktivitas yang membuat tubuh dan mental lebih stabil, bukan yang membuat energi terkuras. Mereka sekarang senang naik gunung, gym, padel, yoga, pilates, jalan kaki, dan lari. Kegiatan yang memberi efek jangka panjang pada kebahagiaan, bukan hanya euforia sesaat. Di sisi lain, mereka mulai mengurangi bahkan meninggalkan clubbing, alkohol, rokok atau vape, serta begadang. Ketika ditanya efek dari perubahan kecil ini, mereka kompak menjawab muncul perasaan lebih bahagia, lebih tenang, dan lebih percaya diri. Bukan bahagia yang meledak-ledak, tetapi ketenangan yang tumbuh perlahan karena mereka sedang merawat diri sendiri. Dan itu terasa jauh lebih berarti.

 

Suara Gen Z tentang Lingkungan yang Seharusnya Mendukung

Bagian ini terasa paling dewasa dari jawaban mereka. Ketika ditanya apa yang lingkungan bisa lakukan untuk mendukung hidup sehat, mereka menyampaikan harapan yang sangat rasional. Mereka ingin berada di lingkungan yang aman dan positif. Mulai dari ruang yang memberikan akses pada olahraga, hobi produktif, dan kebiasaan sehat. Mereka berharap pilihan untuk tidak minum atau tidak ikut pesta bisa dihormati tanpa komentar sinis. Mereka juga menginginkan akses makanan bergizi yang terjangkau, ruang bebas asap rokok, dan aktivitas fisik yang terstruktur. Dan yang paling mereka tekankan adalah satu hal “tolong jangan menghakimi”. Buat mereka, punya pilihan sehat adalah bagian dari menjalani hidup yang layak dan bermartabat, bukan sesuatu yang harus dipertanyakan atau diejek.

 

HEALMates, Ini Lebih dari Sekadar Tren

Dari survei kecil bersama 10 Gen Z ini, kita bisa melihat pola besar yang mulai terbentuk. Mereka generasi yang belajar mengenali batas, menjaga kewarasan, dan menghargai hidup. Mereka mungkin tidak menyebut ini sebagai gerakan, atau bahkan tidak sadar bahwa pilihan mereka adalah bentuk perlindungan atas hak hidup sehat mereka sendiri. Tapi dari cara mereka menjalani hari-hari, terlihat jelas bahwa perubahan ini datang dari dalam diri. Mungkin saja, dari keputusan-keputusan kecil yang mereka ambil hari ini, masa depan yang lebih sehat, lebih damai, dan lebih mindful sedang pelan-pelan dibangun. 

Jadi, HEALMates, kalau Gen Z saja bisa mulai melangkah ke arah hidup yang lebih sehat, mungkin ini saatnya kita juga ikut bergerak. Bukan demi tren. Bukan demi terlihat keren. Tapi demi diri kita sendiri.