Bagi sebagian orang, field trip alias karyawisata itu cuma momen ketika anak sekolah naik bus bareng teman, rebutan kursi dekat jendela, dan sibuk foto-foto sampai memorinya penuh. Pokoknya, vibes-nya santai, jalan-jalan ke museum, kebun binatang, atau pantai terdekat. Guru bahagia karena murid senang. Murid bahagia karena bisa belajar di luar kelas.
Namun sebenarnya, di balik hiruk-pikuk berebut snack dan heboh nyanyi bareng di bus, field trip itu bukan sekadar piknik, lho. Ada banyak manfaat yang bisa dirasakan anak saat mengikuti karyawisata, baik dari sisi psikologis maupun sosial. Diam-diam, perjalanan ini bisa mengubah cara anak memandang dunia.
Oleh karena itu, yuk HEALMates kita kupas apa saja manfaat field trip bagi anak dalam artikel berikut ini.
Manfaat Field Trip bagi Anak
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh anak saat melakukan field trip di sekolah antara lain sebagai berikut.
1. Meningkatkan Rasa Ingin Tahu
Salah satu manfaat penting dari field trip adalah meningkatkan rasa ingin tahu anak. Sudah bukan rahasia lagi ya HEALMates kalau anak-anak itu sangat senang belajar di luar kelas. Mereka bisa belajar dengan kedipan mata penuh antusias.
Di museum, anak-anak melihat langsung benda-benda sejarah yang selama ini cuma terlihat di buku tematik. Di kebun binatang, mereka tidak hanya menghafal kata “karnivora”, tapi benar-benar menatap mata singa yang lagi leha-leha. Ini bisa jadi pengalaman multisensori bagi anak, di mana otak mereka bisa memproses suara, bau, warna, dan bentuk secara bersamaan.
Menurut psikolog pendidikan, situasi belajar yang menyentuh lebih banyak indera ini bisa membuat pengetahuan lebih mudah menempel lho, HEALMates. Nggak heran kalau setelah field trip, tiba-tiba anak bisa menjelaskan hal-hal yang sebelumnya susah dipahami. Ibarat kata, field trip itu seperti “tombol boost” untuk rasa ingin tahu mereka.
2. Belajar Kerja Sama
Selama field trip, ada banyak momen sosial kecil yang kelihatannya sepele, tapi sangat menentukan perkembangan anak. Contohnya, patungan beli minuman karena uang temannya kurang, gantian jaga tas, menenangkan teman yang tiba-tiba takut melihat harimau, dan lain-lain.
Nah, momen-momen sederhana inilah yang membuat anak secara naluriah mulai belajar kerja sama. Field trip ini bisa membuat anak belajar teamwork dengan cara yang menyenangkan dan manusiawi.
3. Menguatkan Koneksi Emosional dengan Lingkungan
Coba bayangkan perbedaan antara membaca teks “hutan mangrove penting untuk mencegah abrasi” di buku dengan benar-benar menginjakkan kaki di lumpur mangrove. Nah, pada saat berinteraksi langsung, anak akan merasakan pengalaman nyata yang tentunya bisa menciptakan ikatan emosional.
Ketika anak melihat, menyentuh, mencium, dan berada di tempat tersebut, mereka lebih mudah membangun hubungan emosional dengan lingkungan. Ini yang menjadi dasar dari empati ekologis, di mana anak akan lebih peduli tanpa perlu disuruh karena mereka sudah merasakan sendiri. Field trip bukan cuma perjalanan fisik, tapi perjalanan batin di mana anak jadi lebih memahami dunia yang sedang ia tinggali.
4. Belajar Bersosialisasi tanpa Drama
Ada anak yang di kelas pendiam, tapi saat field trip tiba-tiba paling heboh ngajak foto bareng. Ada yang biasanya individualis, tapi mendadak paling rajin bantu temannya. Ada juga yang biasanya suka ribut, tapi dalam perjalanan justru nyanyi duet sampai semua orang ngakak. Saat field trip, anak-anak bisa lebih mudah bersosialisasi. Konteks sosial yang berubah membuat anak keluar dari “peran rutin” mereka dan pola interaksi yang biasanya kaku pun jadi lebih cair. Kadang transformasi kecil ini meninggalkan efek panjang. Setelah field trip, hubungan sosial bisa jadi lebih hangat. Anak merasa lebih terhubung. Guru pun lebih mudah membangun kedekatan emosional dengan murid.
5. Anak Merasa Lebih Diperhatikan Guru
Bagi banyak anak, field trip memberi pesan emosional yang sangat dalam, seperti “Guru-guru peduli sama kami”, “Orang tua mengizinkan karena percaya”, “Sekolah memberi kami pengalaman, bukan cuma tugas”, dan lain sebagainya.
Ini adalah salah satu manfaat psikologis dari field trip. Anak-anak jadi merasa lebih diperhatikan dan mendapatkan ruang untuk bernafas. Mereka bisa merasakan dunia dan belajar tanpa tekanan akademik.
Jadi, setuju nggak HEALMates kalau field trip bukan sekadar piknik? Yes, aktivitas ini bisa jadi ruang belajar yang hidup, cair, dan emosional di mana anak belajar lebih cepat, lebih dalam, dan lebih berkesan. Karena kadang, pelajaran terbaik tidak datang dari papan tulis, tapi dari jendela bus yang berkabut embun pagi diiringi riuh suara teman-teman sepanjang perjalanan. Menarik ya, HEALMates? (RIW)

