Halo, HEALMates
Di tengah tuntutan cita-cita, karier, dan hiruk-pikuk hidup, kita sering begitu sibuk mengejar banyak hal hingga lupa berhenti sejenak untuk merasakan nikmat-nikmat kecil di sekitar. Padahal, ketenangan jiwa kerap bersemayam bukan pada pencapaian besar, melainkan pada kesadaran lembut bahwa kita telah memiliki begitu banyak hal yang patut disyukuri. Dalam Islam, rasa syukur ini mendapat tempat istimewa. Terutama tertuang melalui pesan mendalam dari Surat Ar-Rahman.
Makna Pengulangan Ayat
Heal Sahabat Jiwa berkesempatan mewawancarai seorang tokoh agama bernama Pak Ishak. Dari perbincangan tersebut tergali makna mendalam dari ayat “Fabi ayyi ala irabbikuma tukadzdziban” yang diulang sebanyak 31 kali dalam Surah Ar-Rahman.
Ayat ini memiliki arti “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”. Pengulangan ayat ini bukan sekadar pertanyaan retoris, melainkan penegasan bahwa nikmat Allah tak terhitung jumlahnya. Ayat tersebut diulang untuk menekankan dan mengingatkan manusia serta jin akan banyaknya nikmat Allah SWT yang harus disyukuri. Dari yang besar hingga yang sederhana dan sering terlupakan, semuanya adalah bentuk kasih sayang Allah yang patut disyukuri. Udara yang dihirup, tubuh yang sehat, hingga keluarga yang mendukung merupakan nikmat yang sering luput dari perhatian.
Nikmat sebaiknya tidak dipahami hanya sebatas harta atau rezeki yang melimpah. Justru hal-hal kecil yang hadir dalam keseharian bisa menjadi sumber kebahagiaan sejati. Ketika hati mampu menyadarinya, hidup terasa lebih ringan dan bermakna.
Di tengah tekanan kehidupan modern, banyak orang merasa hidupnya penuh beban hingga lupa mensyukuri nikmat kecil. Ayat ini menjadi pengingat obat bagi siapapun yang sedang merasa stress atau kehilangan arah. Saat cita-cita belum tercapai, disitulah saatnya berhenti sejenak dan mengingat betapa banyak nikmat yang telah diberikan Allah. Namun, seringkali lupa disyukuri.
Rasa syukur dan depresi juga saling terkait. Banyak orang terjebak pada rasa kurang puas karena terlalu fokus pada apa yang belum dimiliki. Selain dalam surat ar-Rahman, Allah Swt. juga mengingatkan dalam Surat Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧
Artinya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih,”
Ayat ini menegaskan bahwa syukur adalah obat hati, sementara kufur nikmat justru melahirkan kegelisahan bahkan penderitaan batin. Hidup yang tentram bukan soal memiliki segalanya, tetapi mampu menghargai apa yang sudah ada. Saat tak punya sepeda, kaki masih bisa melangkah. Untuk urusan dunia, pandanglah ke bawah agar hati lebih lapang. Jauh dari rasa iri dan dengki. Sedangkan untuk urusan akhirat, lebih baik menatap ke atas agar tumbuh semangat untuk lebih baik. Di situlah letak keseimbangan yang menghadirkan kebahagiaan.
Kesan dan Pesan
Banyak pengguna media sosial yang merasa tersentuh akan pesan dari ayat ini. Seorang pengguna X, @rifaizza menuturkan bahwa ayat tersebut membuatnya menangis. Ia teringat bahwa banyak orang lain menghadapi kesusahan lebih berat, namun tetap kuat. Pengguna lainnya @sunraazh, mengaku menjadikan pengulangan ayat ini sebagai pengingat ketika dirinya merasa insecure. Menurutnya, setiap kali ayat itu diulang, ia diingatkan kembali akan banyaknya nikmat Allah. Rasa kurang dan tidak percaya diri pun perlahan berganti menjadi rasa syukur. Dari TikTok, Bima dalam akunnya @srikandi_arroww.3 berbagi kesan serupa. Ia menilai pengulangan ayat ini adalah pertanyaan mendalam dari Allah yang mengajak manusia untuk introspeksi. Menyadari bahwa semua nikmat berasal dari-Nya dan jangan sampai didustakan.
Hasil Riset Terapi Surat Ar-Rahman Turunkan Kecemasan
Menariknya, manfaat Surat Ar-Rahman tidak hanya dirasakan secara spiritual, tapi juga dibuktikan secara ilmiah. Sebuah penelitian di International Journal of Islamic and Complementary Medicine Tahun 2025 menunjukkan bahwa mendengarkan Surat Ar-Rahman secara rutin mampu menurunkan tingkat kecemasan secara signifikan pada mahasiswa kedokteran di Pakistan. Dari 68 peserta, jumlah yang mengalami kecemasan berat turun drastis dari 24,6% menjadi hanya 3,1% setelah beberapa sesi terapi. Hasil ini menegaskan bahwa lantunan ayat-ayat Ar-Rahman bukan sekadar bacaan, melainkan juga bentuk penyembuhan jiwa yang menumbuhkan rasa tenang dan percaya diri.
Syukur tak harus menunggu segalanya sempurna, karena justru dari hal-hal kecil kebahagiaan tumbuh. Mungkin dari secangkir teh hangat di pagi hari, tawa kecil di sela lelah, hingga napas yang masih bisa kita hembuskan hari ini. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?.
Yuk, HEALmates, belajar menikmati setiap nikmat yang sudah ada. Perlahan tapi pasti, jiwa pun akan lebih damai. (RY)