Logo Heal

EAT, TRAVEL & ENTERTAINMENT

Eat, Travel & Entertaiment

Belajar Menghadapi Masalah Kesehatan Mental dari Kisah Artis Mas Pur

Oleh :

Oleh : Vania Salsabila

Fury Setya atau lebih dikenal dengan Mas Pur resmi diputuskan bercerai dari Dwinda Ratna oleh pengadilan agama pada 5 Februari 2024 lalu. Artis yang terkenal lewat sitkom Tukang Ojek Pengkolan (TOP) itu mengungkapkan masalah kesehatan mental menjadi salah satu pemicunya. Bahkan ia sampai datang ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) untuk mendapat pertolongan.

Sebulan sebelum mengajukan perceraian ke pengadilan, Mas Pur berinisiatif berdiskusi dengan psikiater. Hal ini dikarenakan dirinya sudah lelah secara mental dan takut gila jika tidak segera diobati. Tak tanggung-tanggung, Mas Pur langsung mendatangi salah satu RSJ di Semarang demi mendapat pertolongan terbaik.

Menurut hasil pemeriksaan, Mas Pur mengalami depresi yang diduga akibat trauma masa lalu. Vonis dokter tersebut sempat disangkal oleh Mas Pur. Namun, pria berusia 40 tahun itu mengakui kalau dirinya sering overthinking, stress, dan cemas.

Depresi sendiri merupakan kondisi emosional berupa perasaan sedih yang menetap. Orang yang terkena depresi umumnya kehilangan minat atau kesenangan terhadap aktivitas-aktivitas yang menyenangkan dan terjadi perubahan pada nafsu makan atau berat badan.

Selain itu, penderita depresi juga biasanya akan sulit tidur atau tidur berlebih, terjadi perlambatan pada gerak fisik, kehilangan energi, merasa tidak berharga atau terus menerus merasa bersalah, sulit berpikir dan berkonsentrasi, hingga memunculkan pikiran untuk mati atau bunuh diri.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena depresi. Misalnya, faktor medis seperti memiliki penyakit kronis yang belum sembuh.

Bisa juga disebabkan oleh faktor trauma, kesepian, stres berlebih yang terus menerus, proses kehamilan dan persalinan, serta menopause.Orang-orang dengan sifat-sifat tertentu juga dapat menjadi pemantik depresi.

Pada kasus Mas Pur, gejala depresi yang muncul berupa perasaan takut, khawatir dan dihantui rasa bersalah. Mengatasi stres dan masalah serta sulit mengendalikan emosi. Merasa bingung, sedih, cemas, kesal, khawatir, dan takut yang tidak biasa.

Ekspektasi berlebihan pada Dwinda Ratna dan trauma masa lalu diyakini menjadi pemicu keretakan rumah tangga dan faktor depresi yang dialami. Ketidaksesuaian antara ekspektasi dengan kenyataan membuatnya kecewa. Alhasil keduanya sering berdiskusi.

Terlebih lagi, pernikahan ini menjadi yang kedua bagi Mas Pur. Sebelumnya ia pernah menikah dan dikaruniai satu orang anak. Perasaan takut mengecewakan orang tua dan anak sempat menghantuinya saat mempertimbangkan untuk cerai.

Kepribadiannya yang sulit bercerita membuat Mas Pur lebih memilih memendam masalah. Akibatnya, beban tersebut semakin banyak dan menyebabkan stres berkepanjangan.

Dokter meminta Mas Pur untuk berdamai dan memaafkan diri sendiri. Ia juga diminta untuk berhenti menyalahkan diri sendiri atas masalah-masalah yang dihadapi.

Setelah menemui dokter, Mas Pur mulai bisa bercerita banyak hal kepada anak semata wayangnya. Mas Pur menyampaikan rasa bersalah dan permintaan maaf karena tidak bisa menemaninya tumbuh dewasa akibat bercerai dengan mantan istri dari pernikahan pertama.

Mas Pur merupakan satu dari sekian banyak contoh kasus masalah kesehatan mental di Indonesia. Menurut data World Health Organization (WHO), di tahun 2018 sebanyak 9.162.886 kasus atau 3,7% dari populasi Indonesia mengalami gangguan mental.

Lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Pada populasi global, diperkirakan 3,8% orang mengalami depresi, termasuk 5% dari orang dewasa (4% di antaranya adalah pria dan 6% adalah wanita), dan 5,7% dari orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun. Sekitar 280 juta orang di dunia menderita depresi.

Depresi lebih umum terjadi pada wanita, sekitar 50% lebih banyak dibandingkan dengan pria. Secara global, lebih dari 10% depresi dialami wanita hamil dan wanita yang baru saja melahirkan. Lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Bunuh diri merupakan penyebab kematian keempat terbanyak pada kelompok usia 15-29 tahun.

Survey yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016 menyatakan, ada sebanyak 1.800 kasus bunuh diri di Indonesia. Artinya, setiap hari ada sekitar 5 orang yang melakukan bunuh diri, di mana 47,7% korbannya berusia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

Ilmu kesehatan modern memiliki pengobatan yang efektif untuk gangguan mental. Meski demikian, lebih dari 75% orang di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah masih kesulitan mengaksesnya.

Hambatan-hambatan untuk perawatan yang efektif meliputi kurangnya investasi dalam perawatan kesehatan mental, kurangnya penyedia layanan kesehatan yang terlatih, dan stigma sosial yang terkait dengan gangguan mental.

JIka kita atau orang-orang di sekitar kita mengalami masalah kesehatan mental, beberapa cara ini bisa menjadi pilihan penanganan yang sesuai dengan kondisi pengidap:

1. Psikoterapi dengan psikiater untuk mengungkapkan perasaan dan memberikan saran yang sesuai.

2. Pemberian obat-obatan pada penderita masalah mental. Obat-obatan bertujuan untuk mengubah senyawa kimia pada otak.

3. Perawatan intensif di rumah sakit jika pengidap mengalami kondisi darurat dan membutuhkan pemantauan ketat. Misalnya seperti menyakiti diri sendiri dan percobaan bunuh diri.

4. Melakukan sesi grup (support group) untuk berbagi pengalaman dan saling membimbing. Support group biasanya dilakukan bersama anggota pengidap penyakit kesehatan mental yang sejenis atau mereka yang sudah dapat mengendalikan emosinya dengan baik.

5. Stimulasi otak dengan terapi elektrokonvulsif, stimulasi magnetik transkranial, pengobatan eksperimental bernama stimulasi otak dalam, dan stimulasi saraf vagus.

6. Rehabilitasi untuk pengobatan terhadap pengidap gangguan mental akibat ketergantungan dan ketergantungan zat terlarang.

7. Merawat diri sendiri dengan mengubah pola hidup dan pola makan sehat serta mampu mengelola stres dengan baik.

Bagikan :

More Like This

Logo Heal

Kamu dapat menghubungi HEAL disini:

Heal Icon

0858-9125-3018

Heal Icon

heal@sahabatjiwa.com

Copyright © 2023 HEAL X  Sahabat Jiwa