Logo Heal

SPIRITUAL

Spiritual

Mindful Eating dan Menemukan Berkah di Butiran Nasi Terakhir

Mindful Eating dan Menemukan Berkah di Butiran Nasi Terakhir

Oleh :

Pernahkah kamu memperhatikan sisa nasi di piring, lalu tanpa sadar membiarkannya tersisa? Kita sering menganggapnya sepele. “Ah, cuma sedikit,” begitulah yang kita pikirkan. Padahal, di setiap butir nasi tersimpan kisah panjang. Mulai dari peluh petani di bawah terik matahari, tangan yang mencangkul, air yang mengalir, dan tangan manusia yang memasak nasi tersebut. Setiap butirnya adalah berkah yang datang dari kerja keras banyak tangan dan izin Tuhan.

Budaya makan berlimpah di meja kita kadang membuat lupa bahwa makanan yang terhampar tak selalu bisa termakan. Beberapa suap sudah cukup, sisanya berserakan tak tersentuh. Di saat yang sama, ada balita yang menangis karena lapar. Ada banyak keluarga yang menahan perih di tengah kekurangan. 

Allah Swt. telah mengingatkan dalam Al-Qur’an,

وَتَحْسَبُونَهُۥ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ

“Dan kamu menganggapnya remeh, padahal di sisi Allah itu perkara besar.” (QS. An-Nur: 15)

Rasulullah saw. mencontohkan adab makan penuh rasa syukur. Beliau tidak pernah menyisakan makanan, bahkan jika ada suapan yang jatuh, beliau akan mengambil, membersihkan, lalu memakannya. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, beliau bersabda agar kita tidak membiarkan makanan jatuh untuk dimakan setan, karena kita tidak tahu di bagian mana letak keberkahan. Kadang, dari hal sekecil sebutir nasi, hati manusia bisa tergelincir dalam kesombongan. Walaupun hanya sedikit nasi tersisa. Tapi siapa yang tahu, mungkin di situlah berkah yang kita lewatkan. 

HEALMates, coba deh pikirkan sejenak. Berapa kali kita makan terburu-buru, tanpa betul-betul hadir untuk mensyukuri setiap suapan?

Orang-orang tua jaman dulu selalu berpesan, “Jangan sisakan nasi, nanti nasinya menangis.” Bukan karena nasi itu benar-benar bisa bersedih, melainkan karena manusia yang lupa berterima kasih sering kehilangan rasa bahagia. Menghargai makanan sejatinya adalah menghargai kehidupan.

Kesadaran semacam inilah yang kemudian melahirkan konsep mindful eating. Kondisi dimana kita makan dengan penuh kesadaran. Bukan sekadar memenuhi perut, tapi menyadari bahwa setiap gigitan adalah anugerah. Saat kita makan dengan kesadaran penuh, kita hadir di momen itu: merasakan tekstur, aroma, dan rasa tanpa tergesa. Kita berhenti menatap layar, berhenti memikirkan hal lain, dan memberi ruang bagi syukur tumbuh dalam diri.

Mindful eating membantu menenangkan pikiran dan menurunkan stres. Kita akan terbiasa untuk hadir di momen kita saat ini. Sehingga misa melupakan rasa cemas di masa lalu. Kita juga tidak akan memikirkan beban esok hari. Saat kesadaran itu tumbuh, kita bukan hanya menyehatkan tubuh, tapi juga menenangkan jiwa.

Coba bayangkan, HEALMates, kalau setiap makan kita niatkan sebagai latihan syukur. Tidak tergesa, tidak sambil menatap layar, hanya hadir dan menikmati karunia yang ada di depan mata. Wah pastinya menghabiskan makanan pun akhirnya menjadi bentuk ibadah kecil. Saat kita menyelesaikan butiran nasi terakhir, kita sedang menuntaskan rasa syukur. Kita belajar menerima dengan lapang hati bahwa setiap hal kecil dalam hidup memiliki makna, bahkan sesuatu yang sering kita remehkan.

Lalu, bagaimana caranya agar rasa syukur itu benar-benar hadir di setiap suapan? Tidak perlu ritual rumit kok. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa membantu kita mempraktikkan mindful eating agar makanan menjadi sumber keberkahan:

1. Duduk tenang sebelum makan. Ucapkan doa atau afirmasi syukur, dan sadari dari mana makananmu berasal.

2. Perhatikan warna, aroma, dan tekstur makanan. Rasakan bahwa setiap bahan memiliki perjalanan panjang sebelum tiba di hadapanmu.

3. Kunyah perlahan. Nikmati setiap suapan tanpa tergesa, biarkan rasa hadir sepenuhnya.

4. Hindari distraksi. Letakkan ponsel, matikan televisi, dan hadir sepenuhnya di momen makanmu.

5. Habiskan makanan dengan niat menghargai rezeki. Jadikan setiap suapan sebagai wujud cinta dan hormat pada kehidupan.

6. Renungkan rasa kenyang dan puas tanpa berlebihan. Sadari bahwa cukup adalah bentuk kekayaan yang sesungguhnya.

Mindful eating bukan sekadar cara makan tetapi juga cara berterima kasih. Cara untuk kembali hadir, kembali sadar, dan kembali menemukan keberkahan pada hal-hal kecil.

“Karena sesungguhnya, Saat kita menuntaskan butiran nasi terakhir, kita sedang belajar menuntaskan rasa syukur dalam diri.”

Yuk, HEALMates, mulai biasakan menghabiskan makanan dengan hati yang penuh syukur. Karena mungkin, di butiran nasi terakhir itu, tersimpan ketenangan yang selama ini kita cari. (RY)

Bagikan :
Mindful Eating dan Menemukan Berkah di Butiran Nasi Terakhir

More Like This

Logo Heal

Kamu dapat menghubungi HEAL disini:

Heal Icon

0858-9125-3018

Heal Icon

heal@sahabatjiwa.com

Copyright © 2023 HEAL X  Sahabat Jiwa