Logo Heal

ART, MONEY & TECHNOLOGY

Art, Money & Technology

A Daughter’s Memory: Kisah di Balik Animasi Antara Ingatan dan Representasi

A Daughter’s Memory: Kisah di Balik Animasi Antara Ingatan dan Representasi

Oleh :

Hai, HEALMates. Kali ini kita akan bahas tentang sebuah film animasi yang sangat menggelitik jiwa kritis kita dan pengetahuan kita tentang politik dan sejarah, A Daughter’s Memory. 

Film animasi ini sangat menarik karena konsepnya berbeda dari film-film animasi pada umumnya. Film yang disutradarai oleh Kartika Pratiwi ini adalah sebuah film dokumenter berdurasi sekitar 8–10 menit. 

Dalam A Daughter’s Memory, Kartika Pratiwi bersama tim KotakHitam Forum mengambil langkah berani untuk menghadirkan kisah tentang tragedi 1965, bukan semata soal statistik atau angka korban, tapi dari ruang-ruang kecil ingatan seorang anak yang tumbuh dalam bayang-bayang kelam. Film ini semacam jam dinding yang berdetak kembali ke masa lalu, menabuh nada duka dan tanya, tapi juga menjadi refleksi bagi kita semua. Yuk HEALMates, langsung saja kita bahas esensi ceritanya. 

Animasi sebagai Ruang Memori yang Fleksibel

Sebuah narasi seorang anak dari salah satu tokoh PKI menjadi pintu masuk A Daughter’s Memory. Dialah Svetlana Dayani, putri dari Njoto (salah satu tokoh PKI), yang menceritakan ingatan masa kecilnya ketika keluarganya ditangkap, dipenjara, dan identitasnya disembunyikan demi keselamatan. 

Film ini memulai narasinya dengan adegan sederhana, sekeluarga bermain Scrabble di rumah. Di sana, huruf demi huruf disusun dan tawa dipertukarkan. Tapi suasana berubah hening, ketika sebuah truk tentara datang dan langkah kaki menghentakkan pintu. Papan Scrabble direbut, lalu kata “Njoto” dituliskan di situ oleh sang petugas militer. Inilah awal bagi kehidupan Svet yang masih 9 tahun berubah. Ia harus menyaksikan kebrutalan demi kebrutalan dalam penjara, dipaksa membersihkan ruang interogasi, hingga melihat bekas darah dan tandingan cambuk di lantai. 

Narasi lisan menjadi penuntun adegan demi adegan yang menggambarkan memori seorang anak karena terlahir dari ayah seorang PKI. Narasi lisan itu tidak dibikin dramatis berlebihan, HEALMates. Ada jeda, ada keraguan, dan kesederhanaan bahasa sehari-hari. Dengan begitu, ketika ia mengatakan “Aku tidak tahu kapan ayahku diperintahkan hilang,” perasaan kehilangan itu langsung nyantol di tulang.

Karena sulit mencari arsip visual yang sahih dan menyeluruh, Kartika memilih medium animasi. Pilihan ini bukan semata pragmatis, tapi juga sangat strategis. Animasi memungkinkan visualisasi rasa takut, jarak waktu, dan kekosongan memori yang tak bisa ditangkap kamera konvensional.

Apa yang membuat A Daughter’s Memory jadi istimewa dan akhirnya diganjar dua penghargaan di ReelOzInd? Jawabannya adalah keberanian membaurkan narasi sejarah dengan interpretasi visual dengan rasa, ketidakpastian, dan keintiman. Film ini mewakili narasi alternatif dari tragedi 1965 dari sudut pandang yang berbeda, yakni trauma personal dan cara anak-anak mencernanya. 

Seperti HEALMates ketahui bahwa narasi besar “Tragedi 1965” adalah tentang kehilangan banyak nyawa. Tapi, belum ada cerita dari sudut pandang anak-anak yang ada di dalam pusaran kisah ini. Inilah yang kemudian ditampilkan A Daughter’s Memory yang seakan menggali sesuatu yang sering terlupakan, bagaimana anak-anak yang kehilangan ayah (orang tua) menginternalisasi kekosongan dan stigma sosial.

Svet tentu tak hanya kehilangan ayahnya secara fisik, tapi juga kehilangan ruang bicara karena narasi negara jauh berbeda dari cerita keluarganya. Ia tumbuh dalam bayang-bayang stigma “Anak PKI” yang harus menyembunyikan identitasnya demi kelangsungan hidup. 

Psikologi Sebuah Ingatan yang Tumbuh Bersama Anak

Kalau dilihat dari sudut pandang yang berbeda, mungkin kita bisa membaca film ini dari segi psikologis sang anak. Ada dua jenis anak yang lahir dari tragedi. Yang pertama, mereka yang tahu apa yang terjadi tapi memilih diam dan yang kedua mereka yang tak tahu apa-apa, tapi terus merasa ada yang hilang dalam dirinya. Svetlana Dayani, tokoh utama dalam film A Daughter’s Memory ini adalah perpaduan dari keduanya. Ia tahu ayahnya diambil paksa, tahu bahwa keluarganya “berbeda”, tapi ia tidak pernah benar-benar paham mengapa dunia tiba-tiba berbalik arah. Ia adalah anak kecil yang tumbuh dengan satu kata kunci yang terus menghantuinya dengan pertanyaan “Kenapa?”

Kalau Freud masih hidup dan sempat menonton film ini, mungkin ia akan bilang ini sebuah memori yang tidak selesai dan trauma yang diwariskan tanpa sengaja. Ah, ini textbook, tapi itulah faktanya. A Daughter’s Memory bukan tentang trauma spektakuler, bukan tentang jerit, darah, atau adegan brutal. Tapi, kalau HEALMates menonton film ini, kamu akan merasakan sebuah trauma yang sunyi meski disampaikan dengan wajah yang sumringah. 

Dalam psikologi, anak yang tumbuh di bawah bayang-bayang kehilangan ekstrem biasanya mengalami apa yang disebut intergenerational trauma, luka yang menular secara diam-diam dari satu generasi ke generasi berikutnya. Svet tidak pernah melihat langsung peristiwa 1965 dalam bentuk nyata, tapi ia menyerap semua gejalanya, mulai dari tatapan cemas ibunya, keheningan makan malam, dan rasa takut yang aneh setiap kali mendengar ketukan di pintu.

Film ini menampilkan hal itu lewat gaya animasi yang minimalis dengan warna-warna pudar, garis-garis samar, dan bayangan yang seolah tak pernah stabil. Itulah bentuk visual dari kondisi batin anak yang tumbuh di tengah trauma yang tak dijelaskan, tapi selalu dirasakan.

Pertanyaannya adalah apakah rasa bersalah memang diwariskan? Apakah anak mewarisi dosa yang bukan miliknya? Ada adegan pendek dalam film yang sangat subtil tapi menyakitkan. Svet membersihkan lantai yang berlumur darah, tanpa tahu darah siapa. Ia hanya anak kecil yang “disuruh membantu.”

Dalam psikologi, ini disebut vicarious guilt, sebuah rasa bersalah yang tidak punya objek, tapi terus menempel di jiwa korban kedua. Svet tidak bersalah, tapi ia tumbuh dengan perasaan bahwa keluarganya “Melakukan sesuatu yang salah”. Anak-anak dari korban tragedi 1965 banyak yang mengalami hal serupa di dunia nyata. Mereka tidak tahu apa-apa, tapi mereka harus hidup dengan stigma “Anak PKI”.

Kamu tahu betapa beratnya menjadi anak yang harus mempertanyakan identitasnya sendiri setiap kali mengisi kolom “Ayah” di formulir sekolah? Itu bukan sekadar diskriminasi sosial, itu kerusakan psikologis yang sistemik. Bagi Svet, ayahnya yang hilang bukan sekadar kenangan yang kabur, melainkan pusat gravitasi kehidupannya. Setiap langkahnya, setiap pertumbuhannya, mengorbit pada satu hal yang tak lagi ada.

Film ini dengan jenius menggambarkannya lewat metafora papan Scrabble,  huruf-huruf yang berserakan tapi tak pernah bisa membentuk kata lengkap. Setiap anak yang kehilangan figur orang tua secara mendadak akan mengerti sensasinya, dunia tetap jalan, tapi seolah ada satu suku kata yang hilang dari hidupmu, dan kamu habiskan sisa umurmu untuk mencari huruf itu.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang untuk menyembuhkan traumanya. Svet memilih proses penyembuhannya dengan mengulang-ulang sampai bisa menerima. Meskipun mungkin, ia melakukan hal ini tanpa sadar. Ia terus memanggil kenangan ayahnya, mengingat tawa, dan kesabaran ayahnya. Tapi, setiap kenangan yang datang juga membawa serpihan luka.

Secara psikologis, trauma pribadi yang disuarakan di ruang publik bisa berubah menjadi penyembuhan sosial. Film ini melakukannya dengan sangat halus,  mengubah kisah satu anak menjadi refleksi tentang seluruh generasi yang tumbuh dengan luka yang serupa. Bagi Svet, ayahnya mungkin takkan kembali. Tapi lewat film ini, ia telah menemukan cara untuk tetap hidup berdampingan dengan kehilangan itu tanpa harus terus bersembunyi di balik diam. 

Menarik sekali ya, HEALMates? Kita bisa mengambil banyak pelajaran bermakna dari sebuah film animasi. Kalau ada waktu, HEALMates mungkin bisa memaknai film ini dengan pembacaan HEALMates sendiri. (RIW)

Bagikan :
A Daughter’s Memory: Kisah di Balik Animasi Antara Ingatan dan Representasi

More Like This

Logo Heal

Kamu dapat menghubungi HEAL disini:

Heal Icon

0858-9125-3018

Heal Icon

heal@sahabatjiwa.com

Copyright © 2023 HEAL X  Sahabat Jiwa