Pernahkah HEALMates mengernyit saat ibumu bilang, “Nak, ibu doain kamu jadi orang sukses, semoga jalanmu selalu dibuka dan dimudahkan.” Waktu itu mungkin kamu menganggap itu cuma kalimat biasa yang rutin diucapkan ibu, seperti salam ketika bertemu atau nasehat agar jangan tidur terlalu larut.
Tapi, di balik kalimat “Ibu doain kamu jadi orang sukses” tersembunyi kekuatan luar biasa yang tak kasat mata, lho. Kamu mungkin hanya bisa merasakannya kalau kamu refleksi ke perjalanan kariermu.
Ada banyak kisah orang sukses yang sering menyebut bahwa “Ini bagian dari doa ibu”. Apakah itu sekadar romantisme? Atau memang ada elemen yang bisa dijelaskan dari sisi agama, psikologis, bahkan finansial? Mari kita bongkar sedikit demi sedikit tentang kekuatan doa ibu untuk karier anaknya sambil sesekali nyengir karena ini bukan ceramah tapi obrolan.
Dari Sisi Agama Doa Ibu Amalan Mustajab
Dalam Islam, doa orang tua, terutama doa ibu untuk anaknya memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Hadits Rasulullah SAW. yang menyebutkan bahwa “Tiga doa yang mustajab dan tidak diragukan, yakni doa orang tua (terhadap anaknya), doa orang yang mengembara (safar), dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Albani).
Artinya, dalam kerangka keimanan, ada keyakinan bahwa doa orang tua terutama ibu adalah “doa senyap” yang senantiasa dipertimbangkan di hadapan Allah. Jadi, dari perspektif agama, doa ibu bukan sekadar ucapan simbolis. Lebih dari itu, setiap kata-katanya adalah “Pengantar ke langit” yang bisa membuka pintu kemudahan untuk anaknya jika diizinkan oleh Allah SWT. Tapi tentu saja, doa tanpa upaya juga tak cukup. Karena itu, kita wajib menyeimbangkan kekuatan doa ibu dengan ikhtiar.
Dari Sisi Psikologis Doa Ibu Jadi Penopang Mental
Kalau kita lihat dari segi psikologis, doa-doa kebaikan dari seorang ibu bisa jadi penopang mental yang membuat kita lebih yakin dan percaya diri. Ketika seorang anak tahu bahwa ibunya “Mendoakan setiap langkahnya”, maka ini bisa jadi “Kekuatan batin dan penyemangat”. Seperti kata pepatah, “Apa yang kau tampakkan di luar, sebagian besar dikokohkan dari apa yang kau yakini di dalam.” Karena itu, bisa jadi doa ibu membentuk semacam keyakinan di dalam diri anak bahwa ia tidak sendirian dalam berjuang.
Dukungan emosional ini tentunya sangat penting ya, HEALMates. Dukungan emosional ini bisa jadi kekuatan agar seseorang bisa bertahan menghadapi tantangan kerja, kegagalan, dan keraguan. Jika tiap kali kita jatuh, ada suara batin ibu dan doa-doa lirihnya yang menyemangati kita untuk bangkit, kita bisa memiliki kekuatan untuk bangkit lagi.
Dari Sisi Finansial Doa Ibu Jadi Peluang
Bagian ini agak sensitif ya, HEALMates karena kita tidak bisa bilang “Doa ibu bikin langsung gaji naik 50%”. Tapi, kita bisa mengurai logika dan kemungkinan nyata. Seorang anak yang selalu didoakan kebaikannya maka akan memiliki jiwa yang positif. Apalagi, selain doa, ibu kita juga seringkali menanamkan prinsip kejujuran, konsistensi, dan kerja keras. Hal inilah yang kemudian membentuk kepribadian kita lebih matang dan memiliki etos kerja yang baik.
Dalam dunia kerja, karakter itu bisa jadi nilai tambah. Orang yang dikenal punya reputasi moral (jujur, amanah, rajin, dan punya etos kerja tinggi) sering dipercaya dan diberi kesempatan untuk memperoleh peluang kenaikan jenjang karier. HEALMates mungkin bisa membandingkan dengan anak-anak yang selalu mendapat cemooh atau kata-kata yang intimidatif dari keluarganya, seringkali mereka akan tumbuh sebagai pribadi yang insecure dan kurang dalam hal tanggung jawab. Nah, karakter yang seperti ini biasanya kurang disenangi di dunia kerja.
Tentu saja, perjalanan karier nggak selalu mulus ya, HEALMates. Ada fase up and down-nya, misalnya kena PHK, gagal proyek, tekanan finansial, dan lain-lain. Doa ibu mungkin tidak bisa mencegah semua fase ini, tapi sebagai “ruang spiritual” yang memberi ketenangan mental, doa-doa dan harapan baik dari seorang ibu bisa jadi kekuatan bagi seseorang untuk tidak jatuh dan terus mencari peluang yang baru. Ketenangan mental ini juga bisa membantu kita membuat keputusan yang lebih bijak.
Jadi Imam Besar Berkat Doa Ibu
Ada satu kisah klasik yang sering beredar di kalangan para pencinta kisah inspiratif, dan mungkin juga para ibu-ibu yang sedang mencoba sabar menghadapi anaknya yang hobi bikin rumah berantakan. Kisah ini tentang seorang bocah kecil yang yah, bisa dibilang punya bakat bikin kaget sejak dini.
Ceritanya begini, suatu hari seorang ibu sedang sibuk menyiapkan jamuan makan. Bapaknya bocah ini kedatangan tamu penting semacam momen di mana “Reputasi keluarga dipertaruhkan”. Semua sudah tertata rapi, mulai dari makanan yang menggoda, meja kinclong, dan suasana yang formal. Tapi di halaman depan, bocah kecil itu sedang asyik main tanah, entah sedang bikin benteng pasir atau sekadar menggenggam debu sambil ngomong sendiri, seperti anak-anak pada umumnya.
Lalu, di momen paling tidak terduga itu, si bocah masuk ke rumah. Kamu tahu apa yang dilakukannya? Menaburkan debu di atas makanan. Iya, debu beneran. Makanan yang sudah susah payah dipersiapkan ibunya untuk menyambut tamu.
Bisa kamu bayangkan wajah sang ibu ketika melihatnya? Marah? Jelas. Panik? Sangat. Tapi ajaibnya, dari mulut sang ibu keluar kalimat yang bukan makian, bukan bentakan, melainkan doa yang sangat bermakna,
“Idzhab. Ja‘alaka imaaman lil-Haramain.” Artinya “Pergilah. Semoga engkau jadi imam di dua tanah suci.”
Alih-alih marah dan mencaci maki sang anak, ibu ini justru menguraikan kemarahannya dengan kalimat penuh doa untuk kesuksesan sang anak. Hingga akhirnya, setelah anak itu dewasa, doa ibunya ternyata memang tidak pernah main-main. Bocah kecil benar-benar menjadi Imam Besar Masjidil Haram. Ia adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, sosok imam dengan suara lembut dan tartil yang sering bikin umat Islam di seluruh dunia tiba-tiba nangis tanpa tahu kenapa ketika mendengar lantunan Alquran-nya.
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari hal ini HEALMates? Kita bisa merenungkan dan bersyukur ketika ibu masih memberikan kita doa-doa terbaiknya. Ini mungkin saatnya bagi kita untuk “reconnect” lagi dan menghargai ibu dan ayah kita. Kalau HEALMates kebetulan sedang berjauhan, HEALMates mungkin bisa berkirim kabar, datang ke rumah, bantu masak, atau minimal telepon. Karena di balik semua kesuksesan anak, bisa jadi ada doa ibu yang diam-diam menahan kita dari keterpurukan. (RIW)

