Pernahkah HEALMates menghadiri sebuah acara Pasar Seni? Di sana, ada berbagai karya seni yang bisa HEALMates temukan. Pasar Seni atau Art Market merupakan sebuah acara yang memang dikhususkan untuk memamerkan berbagai karya seni, baik lokal maupun internasional. Di acara ini, seniman bisa menjual hasil karya kepada konsumen, baik pecinta seni maupun kolektor.
Pasar Seni kerap jadi ruang bagi para seniman untuk menggali potensi ekonomi dari karya-karya mereka. Nama-nama seperti Raden Saleh, Hendra Gunawan, Affandi, hingga generasi kontemporer seperti Christine Ay Tjoe dan I Nyoman Masriadi misalnya, sudah banyak dikenal di art fair maupun balai lelang besar.
Lalu, bagaimana potensi pasar seni dan nilai ekonomi seniman Indonesia saat ini? Seberapa besar nilai jual karya seniman Indonesia di dalam dan luar negeri? Yuk HEALMates, kita bahas lebih lengkap dalam artikel berikut ini.
Pasar Seni di Indonesia
Pasar seni di Indonesia mulai terasa gaungnya dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu event yang jadi tonggak awal adalah Art Jakarta, yang pertama kali digelar pada 2009 lalu. Sejak saat itu, bazar seni atau art market terus berkembang mengikuti zaman, dan banyak pihak memprediksi ekosistem ini bakal tumbuh lebih besar ke depannya.
Peran Art Market ternyata tidak hanya tentang aktivitas jual beli karya, lho. Lebih dari itu, Pasar Seni memiliki dampak penting dalam berbagai aspek, terutama ekonomi kreatif. Melalui event seperti ini, seniman lokal punya ruang untuk memamerkan dan menjual karya secara langsung. Mereka bukan hanya memperoleh penghasilan, tapi juga eksposur. Kedua hal ini sangat penting sebagai wadah personal branding untuk mengembangkan nama dan melahirkan lebih banyak karya.
Nilai Ekonomi Seniman Indonesia
Berbicara mengenai nilai jual karya seniman Indonesia, tentunya masing-masing memiliki nilai tersendiri tergantung pada seberapa besar nama mereka di dunia seni ya, HEALMates. Beberapa seniman yang telah sampai di panggung internasional tentunya memiliki nilai jual yang fantastis.
Raden Saleh misalnya, lukisannya yakni Berburu Banteng (sekitar 1855–1860) telah berhasil menarik perhatian di Eropa hingga nilainya tembus €7,2 juta atau sekitar Rp137 miliar lewat lelang di Vannes, Prancis pada 2018 lalu. Angka ini tentu sebuah rekor bagi seniman Indonesia. Melalui karyanya, Raden Saleh seakan menggeser persepsi pasar bahwa seni Indonesia hanya “lokal” atau “regional”. Rekor ini juga sekaligus jadi penanda kuat bagi museum, galeri, dan kolektor bahwa kepemilikan yang solid dan narasi sejarah bisa mendorong harga jauh karya seni jauh di atas ekspektasi.
Sementara itu, di kategori seni modern Indonesia, ada Hendra Gunawan, Affandi, dan kawan-kawan. Lelang di Hong Kong dan Singapura beberapa tahun terakhir menunjukkan minat tinggi pada Hendra Gunawan dan Affandi, terutama karya berskala besar bertema sosial atau pasar tradisional. Banyak lot modern Indonesia di kategori “Southeast Asian Art” yang masuk estimasi menengah ke atas dan sering kali mengungguli estimasi pra-lelang. Hal ini tentunya bisa jadi pertanda bahwa banyak kolektor yang semakin “paham” historiografi seni Indonesia. Contohnya yakni lelang regional oleh Christie’s/Sotheby’s di Hong Kong dan Singapura yang agaknya rajin mengangkat nama-nama tersebut.
Di kubu kontemporer, nama Christine Ay Tjoe dan I Nyoman Masriadi dapat dibilang sebagai dua magnet yang telah mendunia. Ay Tjoe aktif sudah sering tampil di platform global dengan pameran solo di White Cube New York (2025). Ini juga seakan menegaskan posisinya di jaringan galeri “blue-chip”.
For your information HEALMates, penempatan di galeri sekelas White Cube ini bukan hanya gengsi. Lebih dari itu, ini juga jadi sinyal kuat ke kolektor institusional dan museum yang biasanya membuka akses ke lelang besar yang nilainya lebih tinggi.
Pasar Seni Global sebagai Ukuran Keberhasilan
Menurut laporan Art Basel & UBS 2024, nilai penjualan global tahun 2023 untuk pasar seni secara global ini mencapai US$65 miliar. Angka ini seakan menunjukkan kenaikan harga seniman Indonesia yang mengikuti ritme pasar global lho, HEALMates.
Pasar global kini memang disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan seniman Indonesia, bukan hanya karena harga, tetapi juga legitimasi dan keberlanjutan karier. Ketika karya seorang seniman bisa masuk ke galeri internasional, art fair besar, atau rumah lelang seperti Sotheby’s dan Christie’s, otomatis nilai karyanya naik, baik secara ekonomi maupun reputasi.
Pengakuan dari kolektor dan institusi luar negeri memberi efek berantai, seperti karya lebih dipercaya, permintaan meningkat, dan peluang pameran makin terbuka. Selain itu, pasar seni global menawarkan akses ke jaringan kurator, museum, dan kolektor kelas dunia yang sulit dicapai jika hanya bergerak di lingkup lokal.
Di mata industri seni, eksposur internasional sering dianggap pembeda antara “seniman menjanjikan” dan “seniman yang sudah diakui”. Oleh karena itu, keberhasilan di kancah global sering menjadi tolok ukur seberapa jauh seorang seniman Indonesia bisa bertahan, berkembang, dan diingat dalam jangka panjang.
Christie’s dan Sotheby’s misalnya, sudah sejak lama menempatkan seni Indonesia di sub-kategori “Southeast Asian Art” di Hong Kong. Dalam beberapa tahun terakhir juga, galeri global ini mendorong sale-series di Singapura. Ini adalah peluang emas yang membuka akses pembeli lintas negara, seperti kolektor dari China, Jepang, Korea, hingga Eropa.
Dampak ke Ekosistem dalam Negeri
Saat nama-nama Indonesia makin dibicarakan, efeknya tentu “trickle-down” ya, HEALMates. Artinya, galeri lokal jadi lebih percaya diri untuk membawa seniman baru. Di sisi lain, institusi juga semakin sering membuat program edukasi, sponsor korporat masuk, dan fair domestik tumbuh. Salah satu contohnya yakni ekspansi Art Jakarta serta antusiasme publik di ARTJOG yang kini semakin luas. Ekosistem yang sehat akan melahirkan generasi berikutnya yang siap go global.
Dilihat dari sisi ekonomi di dalam negeri, Pasar Seni atau Art Market ini juga memiliki dampak yang sangat positif terhadap industri kreatif Tanah Air. Pasar Seni bisa jadi nafas bagi pelaku UMKM di bidang seni dan desain, mulai dari ilustrator, perajin, desainer produk, hingga brand lokal yang mengandalkan visual dan kriya. Dengan adanya ruang temu antara kreator dan pembeli, para pelaku ini bisa membangun jaringan, memperluas pasar, dan meningkatkan nilai jual produk mereka.
Dampaknya pun bisa merembet ke sektor lain, lho HEALMates. Saat ada bazar seni, pengunjung tidak hanya mengeluarkan uang untuk karya seni, tapi juga untuk transportasi, makanan, penginapan, hingga belanja produk lokal lainnya. Artinya, ada efek domino yang menggerakkan ekonomi di luar ruang pamer.
Nah, itulah ulasan mengenai Pasar Seni dan potensi nilai ekonomi seniman Indonesia yang bisa HEALMates jadikan referensi. Pasar Seni bisa jadi sebuah manifestasi yang dihadirkan oleh budaya. Sementara itu, ekonomi kreatif bisa jadi mesin pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia. Menarik, ya HEALMates? (RIW)