Logo Heal

ART, MONEY & TECHNOLOGY

Art, Money & Technology

Masa Depan Dunia Kerja, Apakah 9 to 5 Masih Relevan di Era Digital?

Masa Depan Dunia Kerja, Apakah 9 to 5 Masih Relevan di Era Digital?

Oleh :

Di dunia kerja, pola jam kerja 9 to 5 atau bekerja dari jam 09.00 pagi hingga jam 17.00 sore seakan menjadi standar dunia profesional. Jam kerja ini terutama diterapkan bagi mereka yang bekerja di kantor sebagai pekerja penuh waktu (full timer). HEALMates tentu sudah familiar dengan sistem jam kerja ini, datang pukul 09.00, pulang pukul 17.00, bekerja di kantor, bertemu atasan, dan semua aktivitas dilakukan dalam satu ruang fisik. 

Namun seiring kemajuan zaman, dunia kerja pun semakin mengalami perubahan. Adanya internet, teknologi kolaboratif, hingga budaya kerja remote membuat konsep jam kerja konvensional mulai terasa ketinggalan zaman. Banyak perusahaan maupun karyawan mulai mempertanyakan, apakah 9 to 5 masih relevan saat ini? Apakah sudah waktunya sistem kerja berganti menjadi lebih fleksibel? Apakah perubahan pola jam kerja ini juga bisa diterapkan pada semua sektor? 

Nah, agar HEALMates tidak penasaran, berikut HEAL akan mengulas lebih lengkap mengenai masa depan dunia kerja dan apakah jam kerja 9 to 5 masih relevan saat ini. 

Memahami Budaya Kerja 9 to 5 

Secara historis, format kerja 9 to 5 mulai banyak diterapkan sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ketika terjadi Revolusi Industri. Pada 1914 silam, Henry Ford memperkenalkan sistem kerja delapan jam dengan upah lima dolar per hari yang menandai perubahan besar dalam praktik ketenagakerjaan dan hubungan antara pengusaha serta pekerja di Amerika Serikat. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk melindungi pekerja agar tidak dieksploitasi.

Sebelum penerapan jam kerja ini, para pekerja biasanya hanya memperoleh upah sedikit, tidak lebih dari dua dolar untuk jam kerja selama sembilan jam. Pemberlakukan jam kerja selama 8 jam ini nggak hanya meningkatkan upah pekerja, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup pekerja. Nah, tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkan perekonomian. Sebab, jika pekerja memiliki upah lebih tinggi, mereka akan mampu membeli lebih banyak barang, termasuk mobil. Inisiatif Ford ini rupanya berhasil mendapat perhatian luas yang kemudian mendorongnya menjadi salah satu sosok nasional dan berpengaruh. 

Pada era tersebut, dunia kerja memang masih terbatas. Kebanyakan pekerjaannya bersifat fisik dengan lokasi kerja yang terbatas. Semua orang harus berada di tempat yang sama untuk menyelesaikan tugas, mulai dari pabrik sampai kantor administrasi. Karena itulah, adanya budaya kerja 9 to 5 sangat relevan dan masuk akal kala itu.

Dunia Digital Menepis Batas Kerja

Masuknya era digital membuat pekerjaan tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu ya, HEALMates. Perkembangan teknologi memungkinkan pekerja tidak hanya terbatas pada satu lokasi tertentu saja. Selama sekitar satu dekade terakhir, kita sebagai masyarakat juga mulai meninggalkan model kerja delapan jam sehari dan lima hari seminggu, terutama untuk sektor-sektor yang sudah familiar dengan teknologi digital. 

HEALMates tentu sudah tidak asing dengan budaya-budaya kerja yang baru, seperti remote work, hybrid work, worf from anywhere, work from home, dan lain sebagainya. Munculnya teknologi seperti Slack, Zoom, Google Workspace, Asana, Trello, hingga Notion membuat kolaborasi dan organisasi pekerjaan bisa dilakukan kapan saja dan dari mana saja.

Jika HEALMates perhatikan, beberapa perubahan besar yang mendorong fleksibilitas kerja ini antara lain: 

  • Internet cepat dan cloud-based tools yang membuat dokumen bisa diakses bersama dalam hitungan detik.
  • Kolaborasi lintas zona waktu jadi hal biasa, terutama di perusahaan global atau start up remote.
  • AI dan otomasi yang mengurangi jam kerja manual dan memungkinkan efisiensi lebih tinggi.
  • Pandemi COVID-19 yang terjadi beberapa waktu lalu membuka mata kita bahwa kerja tidak harus dilakukan di kantor dan memerlukan kehadiran fisik. 

Data dari survey yang dilakukan Gartner juga menunjukkan bahwa sebanyak 82% perusahaan global mempertimbangkan remote atau hybrid work sebagai opsi permanen setelah pandemi. Bagi sebagian organisasi, jam kerja fleksibel akan menjadi norma baru, karena 43% responden survei mengatakan bahwa mereka akan memberikan hari kerja fleksibel, sementara sebanyak 42% akan menerapkan jam kerja fleksibel. Adapun menurut riset dari Harvard Business Review menyebut bahwa sebanyak 40% pekerja merasa lebih produktif dengan jam fleksibel dibanding jam kantor tradisional.

Produktivitas Tidak Lagi Diukur dari Jam Ngantor

Budaya kerja 9 to 5 sering mengukur loyalitas dan kinerja berdasarkan waktu, bukan output. Padahal, riset dari Stanford University (2014) menunjukkan produktivitas pekerja justru menurun setelah 50 jam kerja per minggu, dan hampir nihil setelah 55 jam. Artinya, lamanya waktu di meja kerja tidak menjamin hasil lebih baik.

Beberapa perusahaan modern pun sudah banyak yang menggeser fokus dari waktu ke performa. Sebut saja beberapa di antaranya, seperti Microsoft Jepang menerapkan 4-day work week dan meningkatkan produktivitas sebesar 40%. Selain itu, ada Bolt dan beberapa startup global yang menerapkan “async work” di mana tim bekerja sesuai jam biologis mereka.

Kita harus mulai menerima bahwa jam kerja 9 to 5 memang perlahan mulai ditinggalkan, semakin banyak orang beralih menjadi freelancer dan bekerja jarak jauh. Tren inilah yang akan terus berkembanga ke depannya. Bukan hanya itu, wirausaha skala kecil (micro-entrepreneurship) juga akan menjadi sumber penghasilan tambahan bagi banyak orang.

Apalagi, saat ini dunia kerja banyak didominasi oleh generasi Milenial dan Gen Z yang memang tumbuh di era teknologi. Bagi mereka, kerja bukan sekadar cari gaji, tapi juga soal kualitas hidup, ruang kreativitas, dan keseimbangan personal. Berdasarkan Survei Deloitte Global (2023), bahkan lebih dari 75% Gen Z dan Milenial menginginkan jam kerja yang fleksibel. Diakui atau tidak, masa depan dunia kerja sudah bergeser ke arah fleksibilitas. 

Apakah Bisa Diterapkan di Semua Sektor? 

Nah, pertanyaan selanjutnya adalah apakah semua sektor cocok untuk menerapkan fleksibilitas ini? Apakah budaya kerja 9 to 5 benar-benar harus dihilangkan? Jawabannya tentu tidak sepenuhnya harus begitu. 

Kita tidak bisa benar-benar menghilangkan budaya kerja 9 to 5 pada beberapa sektor yang vital dan bersifat pelayanan publik. Bayangkan saja HEALMates, kamu sakit dan perlu perawatan dokter, tapi petugas kesehatan dan dokternya sedang remote work. Ini tentu akan sangat menyulitkan. 

Karena itu, penting juga dipahami bahwa fleksibilitas yang dimaksud tidak selalu berarti full remote. Banyak juga perusahaan yang menerapkan model hybrid, yaitu kombinasi kerja dari kantor dan dari mana saja. Selain itu, untuk beberapa sektor krusial dan pelayanan publik, budaya kerja fleksibel ini memang kurang bisa diberlakukan. 

Jadi, budaya kerja 9 to 5 agaknya masih relevan untuk beberapa sektor seperti kantor pemerintahan, bank, profesi yang butuh tatap muka langsung (dokter, guru, retail), industri manufaktur dan produksi fisik. 

Sementara itu, budaya kerja ini sudah kurang relevan untuk beberapa sektor perusahaan yang berbasis digital, seperti startup digital, desain, konten, IT, media, kreatif, konsultan, marketing, dan pekerjaan berbasis output. Bahkan sektor formal pun mulai berubah ke sistem hybrid working secara bertahap. Model seperti ini mempertahankan kolaborasi tatap muka, tapi tetap memberi kebebasan mengatur ritme kerja.

Jadi, kesimpulannya apakah 9 to 5 masih relevan di era digital? Jawabannya akan bergantung pada jenis sektor pekerjaan. Namun, berbeda dengan era sebelumnya, saat ini budaya kerja 9 to 5 sudah bukan lagi standar mutlak tapi jadi opsi. Banyak pekerja lebih produktif saat tidak dipukul rata dengan jam yang sama, sementara perusahaan yang memberi fleksibilitas cenderung lebih inovatif dan mudah mempertahankan talenta terbaik.

Yang jelas, masa depan dunia kerja adalah tentang kebebasan, keseimbangan, dan kepercayaan. Bukan sekadar absen atau hadir di ruangan, tapi juga menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang paling manusiawi dan efisien. 

Kalau HEALMates sendiri, apakah masih betah kerja dengan sistem 9 to 5 atau lebih suka fleksibel? (RIW)

Bagikan :
Masa Depan Dunia Kerja, Apakah 9 to 5 Masih Relevan di Era Digital?

More Like This

Logo Heal

Kamu dapat menghubungi HEAL disini:

Heal Icon

0858-9125-3018

Heal Icon

heal@sahabatjiwa.com

Copyright © 2023 HEAL X  Sahabat Jiwa