Logo Heal

ART, MONEY & TECHNOLOGY

Art, Money & Technology

5 Daftar Seniman Aktivis dan Karyanya, Bersuara tanpa Gema

5 Daftar Seniman Aktivis dan Karyanya, Bersuara tanpa Gema

Oleh :

Seniman sering kita lihat sebagai manusia bebas yang kerjanya berkutat di kanvas atau panggung. Tapi, beberapa dari mereka nggak sekadar berkarya untuk diri sendiri. Lebih dari itu, banyak dari mereka juga bersuara, melawan, dan mendorong perubahan lewat karya seninya.

Bicara seni memang bicara rasa dan ngobrolin aktivisme lekat dengan persoalan sikap dan idealisme. Setuju nggak, HEALMates? Nah, yang seru adalah ketika dua hal ini menyatu, seorang seniman bisa menyajikan karya yang menunjukkan sikap dan perlawanan dan sebaliknya seorang aktivis menyuarakan keadilan lewat karya seninya. 

Lantas, siapa saja nama-nama seniman yang juga aktivis di dunia? Adakah seniman aktivis di Indonesia? Yuk HEALMates, kita ulas beberapa daftarnya sebagai berikut. 

Daftar Seniman Aktivis dan Karyanya 

1. Banksy (Global Street Art Rebel)

Siapa yang nggak kenal grafiti dengan humor gelap dan satire politik ini? Sosok anonim ini, lewat mural-muralnya  sudah lama jadi “penulis editorial dinding publik”.

Beberapa karya ikoniknya seperti Girl with Balloon (2002), sebuah lukisan hati merah yang melayang yang menjadi metafora kehilangan harapan dan kemanusiaan. Bahkan sempat disobek otomatis saat dilelang. Savage, tapi elegan.

Karya lainnya yakni There Is Always Hope (2002) yang  masih dari seri yang sama dengan Girl with Balloon (2002), tapi lebih optimistis.  Meski tipis, karya ini sudah menyelipkan cahaya sebagai metafora harapan. 

Selanjutnya, Show Me the Monet (2005) adalah karya Banksy berupa twist dari lukisan klasik yang disisipi troli belanja dan rambu lalu lintas. Lukisan ini menyampaikan kritik bahwa keindahan alam kalah oleh sampah kapitalisme.

Banksy dikenal sebagai aktivis yang intens menyuarakan isu anti-perang, kemanusiaan, dan kritik terhadap kesenjangan ekonomi. Karyanya nggak teriak di Twitter, tapi nempel di tembok kota, supaya semua orang, bahkan yang nggak niat cari berita, tetap akan “membaca”.

2. Ai Weiwei (Art That Pokes Power)

Kalau Banksy main halus di tembok, lain halnya dengan Ai Weiwei. Ia cukup main keras di ranah instalasi dan museum. Ai Weiwei dikenal sebagai seniman sekaligus kritikus vokal terhadap otoritarianisme.

Ai Weiwei menggunakan beragam medium, material, dan gaya. Instalasi-instalasi patungnya yang mengkritik pemerintah Cina mengantarkannya ke panggung dunia dan membuat namanya melambung di kancah internasional. 

Karya-karya Ai Weiwei paling dikenal adalah Sunflower Seeds (2010), 100 juta biji bunga matahari dari porselen yang dibuat manual oleh ribuan pengrajin. Karya ini menjadi simbol kolektivitas dan suara rakyat.

Ada juga Dropping a Han Dynasty Urn (1995), di mana ia menjatuhkan guci dinasti kuno sebagai bentuk untuk menggugat siapa yang berhak menentukan nilai sejarah. Saat ini, ia banyak berfokus pada karya film. Ia juga mengkurasi sebuah film dokumenter berjudul Cockroach yang merekam dan mengikuti gelombang protes tahun 2019 di Hong Kong, sebelum Cina kembali mengambil alih kendali yudisial dan politik atas wilayah tersebut. Ia juga tengah melanjutkan produksi sebuah serial dokumenter yang mengangkat kehidupan para pengungsi Rohingya.

Seni menjadi medium protes yang dipilih oleh Ai Weiwei dan menyuarakan beragam isu demokrasi, kebebasan bicara, dan hak manusia. Apakah ia aman? Tentu saja tidak. Ia pernah ditahan, studionya digusur, tapi karyanya terus hidup keliling dunia, jadi semacam “paspor kritik” yang melintasi batas negara.

3. Dread Scott (Performance as Protest)

Kalau bicara soal Dread Scott, kita akan diajak untuk mengenal seniman yang bener-bener mencampur seni dengan sejarah rasisme dan perjuangan kulit hitam di Amerika Serikat (AS), lengkap dengan performance yang bikin penonton berpikir, “Lah ini pameran atau demo?”

Salah satu karya yang paling populer adalah What Is the Proper Way to Display a U.S. Flag? (1989). Dalam pertunjukannya ini, ia mengundang publik untuk menuliskan respons tentang bendera AS. Karya ini menyoal nasionalisme buta.

Selain itu, ada juga Slave Rebellion Reenactment (2019). Ini adalah sebuah reenactment, pengulangan kembali peristiwa pemberontakan budak terbesar dalam sejarah AS. Pesertanya banyak, jalan jauh, dan performatif. Tentu saja ini bukan drama, tapi sebuah pendidikan publik.

4. Wiji Thukul (Penyair yang Puisinya Pernah Lebih Ditakuti dari Peluru)

Ngomongin seniman aktivis, kita nggak bisa lepas dari ingatan tentang seorang Wiji Thukul ya, HEALMates. Nggak cuma di luar negeri, kita juga punya legenda aktivis dan seorang penyair yang puisinya pernah lebih ditakuti dibanding peluru. Kalau HEALMates baca-baca sejarah kita, nama Wiji Thukul mungkin akan nongol di bab perlawanan dan isu Hak Asasi Manusia (HAM). Ia menyuarakan perlawanan lewat puisi-puisinya yang pendek, lugas, dan sangat tajam. Semakin dilarang, semakin hafal pula orang-orang pada puisinya. 

Salah satu karyanya yang paling diingat adalah Peringatan (1986)

 “Hanya ada satu kata: lawan!” 

Kalimat ini jadi tagline abadi, bukan cuma di poster-poster orasi, tapi juga di benak para aktivis zaman sekarang. Kata-kata lugas itu sangat tajam dan mengena hingga melintasi zaman. Wiji Thukul menyalakan api perlawanan lewat kata-katanya. Kalimatnya menjadi roh yang membakar keberanian jiwa-jiwa untuk bangkit melawan rezim otoriter.

Sampai kini, Wiji Thukul jadi simbol keberanian seniman yang berdiri di sisi rakyat, bukan di sisi sponsor panggung. Puisinya jadi bukti, bahwa kata-kata bisa lebih panjang umur daripada kekuasaan.

5. R. Suhardi “Hardi” (Pelukis Kritis yang Menyuarakan Isu Sosial-Politik)

Seniman aktivis di Indonesia berikutnya adalah R. Suhardi atau yang lebih dikenal dengan panggilan Hardi. Ia adalah  sosok penting dalam sejarah seni Indonesia. Hardi juga dikenal sebagai salah satu eksponen utama dari Gerakan Seni Rupa Baru 1975, sebuah gebrakan kolektif seniman yang lahir pada 1975 dan merevolusi lanskap kesenian modern di Indonesia. Bersama para perintis gerakan tersebut, Suhardi menantang pakem seni rupa mapan yang saat itu cenderung elitis dan terpisah dari realitas publik, dengan menawarkan pendekatan artistik yang lebih kontekstual, eksperimental, dan berpijak pada kegelisahan sosial.

Jejak Suhardi di dalam gerakan ini memperlihatkan keyakinan bahwa seni terbaik tidak lahir di menara gading, melainkan di tengah ruang publik, di mana persoalan sosial-politik berdenyut dan menuntut jawab. Kepergiannya bukan sekadar kehilangan pribadi, tetapi juga pengingat tentang generasi yang pernah menaruh seni sebagai alat guncang agar realitas yang timpang dapat dilihat, dirasakan, dan dilawan melalui imaji. Namanya akan terus hidup di dalam narasi bahwa seni pernah, dan selalu bisa, menjadi suara yang menolak untuk diam.

Salah satu karya legendarisnya adalah lukisan Sang Presiden (2001). Lukisan yang diciptakan pada 1979 itu dikenal sebagai salah satu karya paling ikonik dalam sejarah seni rupa Indonesia. Dalam kanvasnya, Hardi memotret dirinya mengenakan seragam militer, lengkap dengan bintang dan pangkat yang menjuntai di bahu. Ini adalah sebuah representasi kekuasaan yang ia kenakan pada tubuhnya sendiri sebagai kritik dan permainan simbol.

Karya tersebut sempat mengguncang jagat seni pada era 1980-an. Hardi bahkan sempat ditahan dan mendekam di penjara selama tiga hari setelah dituduh melakukan makar. Ironisnya, tuduhan itu luput membaca spirit sebenarnya dari karya tersebut. Ia menegaskan lewat lukisannya bahwa semua orang, termasuk dirinya, berhak bercita-cita menjadi presiden, bukan sebagai ambisi menggulingkan, melainkan sebagai pernyataan kebebasan yang tak boleh dibungkam kebebasan berekspresi.

Itu dia beberapa daftar seniman aktivis dan karyanya yang perlu kita ketahui, HEALMates. Dari dinding kota, museum megah, panggung puisi, sampai lukisan penuh perlawanan, lima nama ini mengingatkan satu hal bahwa seni yang diam itu indah, tapi seni yang bergerak itu punya kekuatan untuk “mengubah”. (RIW)

Bagikan :
5 Daftar Seniman Aktivis dan Karyanya, Bersuara tanpa Gema

More Like This

Logo Heal

Kamu dapat menghubungi HEAL disini:

Heal Icon

0858-9125-3018

Heal Icon

00 31 (0) 6 45 29 29 12

Heal Icon

heal@sahabatjiwa.com

Copyright © 2023 HEAL X  Sahabat Jiwa